Postingan

Elegi Ritual Ikhlas I: Informasi awal Oleh Marsigit Cantraka: Alhamdulillah...saya ucapkan selamat datang kembali kepada guru saya Sang Bagawat Selatan yang telah mendapat nama baru menjadi Muhammad Nurikhlas. Juga saya mengucapkan kepada isteri beliau Sang Dewi Sawitri yang telah mendapat nama baru Siti Nurikhlas. Mohonpetunjukmu bagaimana sebaiknya saya dapat memanggilmu?
Gambar
Elegi Pengembaraan Orang Tua Berambut Putih Oleh Marsigit Kini aku merasa sudah saatnya aku mengembara. Supaya pengembaraanku bermakna, maka aku akan bertanya kepada para saksi. Tetapi sebelum aku bertanya kepada saksi-saksi terlebih aku ingin sampaikan bahwa sebenar-benar sebenar-benar saksi tidak lain tidak bukan adalah aku sendiri. Aku ingin mengaku bahwa aku mengetahui segala sesuatu, tetapi jika mereka bertanya kepadaku maka dengan serta merta aku tidak mengetahuinya. Mengapa? Karena sebenar-benar diriku adalah pertanyaan mereka. Bagaimana mungkin aku mengerti tentang pertanyaanku sendiri? Maka sebodoh-bodoh orang adalah diriku ini, karena aku selalu bertanya tentang segala hal, tetapi aku selalu tidak dapat menjelaskannya. Tetapi bukankah mengerti bahwa aku tidak dapat menjawab itu pertanda bahwa tidak tidak mengerti. Maka dapat aku katakan bahwa sebenar-benar diriku adalah tidak tidak mengerti. Hendaknya jangan terkejut bahwa tidak tidak mengerti itu sebena
Gambar
legi Seorang Hamba Menggapai Ruang dan Waktu Oleh: Marsigit Makhluk pemangsa ruang dan waktu: Hah... tiadalah satupun di depanku bisa lepas dari kendaliku. Selama ini aku merasa punya kelebihan. Aku merasa tiada satu halpun di dunia ini lepas dari kesadaranku. Aku merasa lebih dari orang-orang disekitarku. Aku bahkan merasa kemampuanku bisa mengendalikan apapun yang aku inginkan. Hah.. orang-orang itu. Di hadapanku, mereka itu tidaklah lebih dari hanya kecoa-kecoa. Jika aku mau maka aku bisa tentukan semua nasib-nasibnya. Yah dasar aku. Aku memang sudah kondhang, dan ketenaranku itu akan aku pertahankan hingga titik darah penghabisan. Tetapi siapalah berani menghalangi setiap langkahku. Kiranya tak ada orang sebanding dengan diriku. Oleh karena itu mengapa aku harus risau. Ah risau tidak ada gunanya. Aku pun tidak memerlukan jasa baiknya. Aku paling banter hanya perlu mereka sebagai bahan bakarku. Yah jika mereka berbaik-baik dan membawa manfaat padaku maka ba
Gambar
Elegi Menggapai Bicara Oleh Marsigit Kata-kata: Wahai bicara, aku ingin protes kepadamu. Mengapa engkau duduk di situ mendahuluiku? Bicara: Wahai kata-kata. Tiadalah ada engkau di situ, jika tanpa aku ucapkan. Kata-kata: Wahai bicara, pernahkan engkau menuliskan kata-kata?