Elegi Menggapai Bicara
Oleh Marsigit
Kata-kata:
Wahai bicara, aku ingin protes kepadamu. Mengapa engkau duduk di situ mendahuluiku?
Bicara:
Wahai kata-kata. Tiadalah ada engkau di situ, jika tanpa aku ucapkan.
Kata-kata:
Wahai bicara, pernahkan engkau menuliskan kata-kata?
Bicara:
Wahai kata-kata, aku pernah menulis kata-kata. Maka tiadalah dirimu, jika tanpa aku tuliskan.
Kata-kata:
Wahai bicara, pernahkah engkau memikirkan kata-kata?
Bicara:
Wahai kata-kata, aku pernah memikirkan kata-kata. Maka tiadalah dirimu, jika tanpa aku pikirkan.
Kata-kata:
Wahai bicara, dengan apakah aku membuat pertanyaan-pertanyaanku?
Bicara:
Engkau membuat pertanyaan-pertanyaanmu dengan kata-kata. Jadi ..ternyata belum aku ucapkan, belum aku tuliskan, dan belum aku pikirkan, engkau telah membuat kata-katamu. Wahai kata-kata, mohon maafkan diriku, ternyata aku telah melakukan kontradiksi pada analisiku tentang kata-kata. Aku merasa bersalah. Maka aku akan menemui “bahasa” untuk mengadukan tentang nasibku ini.
Tulisan:
Wahai bicara dan kata-kata, aku ingin protes kepadamu. Mengapa engkau berdua duduk di situ mendahuluiku?
Bicara dan kata-kata:
Wahai tulisan. Tiadalah ada engkau di situ, jika tanpa aku bicarakan dan katakan.
Tulisan:
Wahai bicara dan kata-kata, pernahkan engkau membuat karya-karya menggunakan tulisan?
Bicara dan kata-kata:
Wahai tulisan, aku pernah membuat karya-karya menggunakan tulisan. Maka tiadalah dirimu, jika tanpa karya-karyaku.
Tulisan:
Wahai bicara dan kata-kata, pernahkah engkau memikirkan tulisan?
Bicara dan kata-kata:
Wahai kata-kata, aku pernah memikirkan tulisan. Maka tiadalah dirimu, jika tanpa aku pikirkan.
Tulisan:
Wahai bicara dan kata-kata, dengan apakah aku membuat pertanyaan-pertanyaanku?
Bicara dan kata-kata:
Engkau membuat pertanyaan-pertanyaanmu dengan tulisan. Jadi ..ternyata belum aku ucapkan dan belum aku pikirkan, aku telah membuat tulisan. Wahai tulisan, mohon maafkan diriku berdua, ternyata aku telah melakukan kontradiksi pada analisiku berdua tentang tulisan. Aku merasa bersalah. Maka marilah kita bertiga menemui “bahasa” untuk mengadukan tentang nasib kita ini.
Tulisan, bicara dan kata-kata:
Wahai bahasa, aku bertiga merasa bingung. Maka siapakah diriku bertiga itu.
Bahasa:
Wahai tulisan, bicara dan kata-kata, sesungguhnya dimensimu itu berbeda-beda. Tulisan, bicara dan kata-kata adalah bahasa
Tulisan, bicara dan kata-kata:
Wahai bahasa, kemudian, siapakah kata-kata itu?
Bahasa:
Wahai tulisan, bicara dan kata-kata, sesungguhnya kata-kata itu adalah salah satu dari diriku. Kata-kata adalah semua sifat yang ada. Maka semua sifat yang dapat engkau pikirkan dan ucapkan adalah kata-kata. Maka kata-kata itu berada di mana-mana sampai batas akal pikiranmu. Pikiranmu itu berkata. Keputusanmu itu berkata. Langkahmu itu berkata. Penampakkanmu itu berkata. Akvitasmu berkata. Pegaulanmu berkata. Keberadaanmu berkata. Penjelasanmu berkata. Pertanyaanmu berkata. Bahkan kata-katamu itu juga berkata. Semua peristiwa itu berkata. Maka semua yang ada dan yang mungkin ada itu berkata.
Tulisan, bicara dan kata-kata:
Wahai bahasa, kalau begitu siapakah bicara?
Bahasa:
Wahai tulisan, bicara dan kata-kata, sesungguhnya bicara itu adalah salah satu dari diriku. Bicara adalah semua sifat yang ada. Maka semua sifat yang dapat engkau pikirkan dan ucapkan adalah bicara. Maka bicara itu berada di mana-mana sampai batas akal pikiranmu. Pikiranmu itu bicara. Keputusanmu itu bicara. Langkahmu itu bicara. Penampakkanmu itu bicara. Akvitasmu bicara. Pegaulanmu bicara. Keberadaanmu bicara. Penjelasanmu bicara. Pertanyaanmu bicara. Bahkan bicaramu itu juga bicara. Semua peristiwa itu bicara. Maka semua yang ada dan yang mungkin ada itu bicara.
Tulisan, bicara dan kata-kata:
Wahai bahasa, kalau begitu siapakah tulisan?
Bahasa:
Wahai tulisan, bicara dan kata-kata, sesungguhnya tulisan itu adalah salah satu dari diriku. Tulisan adalah semua sifat yang ada. Maka semua sifat yang dapat engkau pikirkan dan ucapkan adalah tulisan. Maka tulisan itu berada di mana-mana sampai batas akal pikiranmu. Pikiranmu itu tulisan. Keputusanmu itu tulisan. Langkahmu itu tulisan. Penampakkanmu itu tulisan. Akvitasmu itu tulisan. Pegaulanmu itu tulisan. Keberadaanmu itu tulisan. Penjelasanmu itu tulisan. Pertanyaanmu itu tulisan Bahkan bicaramu itu tulisan. Semua peristiwa itu tulisan. Maka semua yang ada dan yang mungkin ada itu tulisan.
Tulisan, bicara dan kata-kata:
Wahai bahasa, kalau begitu siapakah dirimu itu.
Bahasa:
Wahai tulisan, bicara dan kata-kata, sesungguhnya bahasa adalah semua sifat yang ada. Maka semua sifat yang dapat engkau pikirkan dan ucapkan adalah bahasa. Maka bahasa itu berada di mana-mana sampai batas akal pikiranmu. Pikiranmu itu bahasa. Keputusanmu itu bahasa. Langkahmu itu bahasa. Penampakkanmu itu bahasa. Akvitasmu itu bahasa. Pegaulanmu itu bahasa. Keberadaanmu itu bahasa. Penjelasanmu itu bahasa. Pertanyaanmu itu bahasa. Bahkan bicaramu itu juga itu bahasa. Semua peristiwa adalah bahasa. Maka semua yang ada dan yang mungkin ada adalah bahasa.
Tulisan, bicara dan kata-kata:
Wahai bahasa, gantian saya yang ingin bertanya kepada engkau. Lalu, apakah hubungan antara bicara, kata-kata dan bahasa.
Bahasa:
Semua dari tulisan, bicara dan kata-kata adalah diriku. Bahkan lebih dari itu, semua yang dapat engkau pikirkan adalah bahasa. Semua subyek, obyek dan kalimat-kalimat adalah bahasa. Semua peristiwa adalah bahasa. Menterjemahkan adalah bahasa. Diterjemahkan adalah bahasa. Maka bahasa adalah hidup. Maka hidup adalah bahasa. Semua refleksi adalah bahasa. Maka filsafat itu adalah bahasa. Lebih dari itu, semua struktur adalah bahasa. Potensi adalah bahasa. Fakta adalah bahasa. Semua arti adalah bahasa. Kebutuhan adalah bahasa. Keinginan adalah bahasa. Maka bahasa adalah sekaligus makna dan referensinya. Tanpa kecuali maka semua elegi adalah bahasa.
Orang tua berambut putih:
Itulah sebenar-benar berfilsafat, yaitu seberapa jauh engkau dapat memperkatakan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Itulah sebenar-benar berfilsafat, yaitu seberapa jauh engkau dapat memperbicarakan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Itulah sebenar-benar berfilsafat, yaitu seberapa jauh engkau dapat mempertuliskan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Itulah sebenar-benar berfilsafat, yaitu seberapa jauh engkau dapat memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Maka:
Itulah sebenar-benar mendidik, yaitu seberapa jauh engkau memberi kesempatan dan kemampuan kepada siswa-siswamu untuk memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Maka:
Itulah sebenar-benar pembelajaran matematika, yaitu seberapa jauh engkau memberi kesempatan dan kemampuan kepada siswa-siswamu untuk memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua matematika yang ada dan yang mungkin ada.
Maka:
Itulah mengapa elegi-elegi ini aku persembahkan untuk kamu semua wahai mahasiswaku, yaitu seberapa jauh aku memberi kesempatan dan kemampuan kepada engkau semua untuk memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada. Maka jadikanlah elegi-elegi ini sebagai teladan bagi dirimu semua. Semoga kecerdasan menyertai pikiran dan hatimu semua. Amien.
Kata-kata:
Wahai bicara, aku ingin protes kepadamu. Mengapa engkau duduk di situ mendahuluiku?
Bicara:
Wahai kata-kata. Tiadalah ada engkau di situ, jika tanpa aku ucapkan.
Kata-kata:
Wahai bicara, pernahkan engkau menuliskan kata-kata?
Bicara:
Wahai kata-kata, aku pernah menulis kata-kata. Maka tiadalah dirimu, jika tanpa aku tuliskan.
Kata-kata:
Wahai bicara, pernahkah engkau memikirkan kata-kata?
Bicara:
Wahai kata-kata, aku pernah memikirkan kata-kata. Maka tiadalah dirimu, jika tanpa aku pikirkan.
Kata-kata:
Wahai bicara, dengan apakah aku membuat pertanyaan-pertanyaanku?
Bicara:
Engkau membuat pertanyaan-pertanyaanmu dengan kata-kata. Jadi ..ternyata belum aku ucapkan, belum aku tuliskan, dan belum aku pikirkan, engkau telah membuat kata-katamu. Wahai kata-kata, mohon maafkan diriku, ternyata aku telah melakukan kontradiksi pada analisiku tentang kata-kata. Aku merasa bersalah. Maka aku akan menemui “bahasa” untuk mengadukan tentang nasibku ini.
Tulisan:
Wahai bicara dan kata-kata, aku ingin protes kepadamu. Mengapa engkau berdua duduk di situ mendahuluiku?
Bicara dan kata-kata:
Wahai tulisan. Tiadalah ada engkau di situ, jika tanpa aku bicarakan dan katakan.
Tulisan:
Wahai bicara dan kata-kata, pernahkan engkau membuat karya-karya menggunakan tulisan?
Bicara dan kata-kata:
Wahai tulisan, aku pernah membuat karya-karya menggunakan tulisan. Maka tiadalah dirimu, jika tanpa karya-karyaku.
Tulisan:
Wahai bicara dan kata-kata, pernahkah engkau memikirkan tulisan?
Bicara dan kata-kata:
Wahai kata-kata, aku pernah memikirkan tulisan. Maka tiadalah dirimu, jika tanpa aku pikirkan.
Tulisan:
Wahai bicara dan kata-kata, dengan apakah aku membuat pertanyaan-pertanyaanku?
Bicara dan kata-kata:
Engkau membuat pertanyaan-pertanyaanmu dengan tulisan. Jadi ..ternyata belum aku ucapkan dan belum aku pikirkan, aku telah membuat tulisan. Wahai tulisan, mohon maafkan diriku berdua, ternyata aku telah melakukan kontradiksi pada analisiku berdua tentang tulisan. Aku merasa bersalah. Maka marilah kita bertiga menemui “bahasa” untuk mengadukan tentang nasib kita ini.
Tulisan, bicara dan kata-kata:
Wahai bahasa, aku bertiga merasa bingung. Maka siapakah diriku bertiga itu.
Bahasa:
Wahai tulisan, bicara dan kata-kata, sesungguhnya dimensimu itu berbeda-beda. Tulisan, bicara dan kata-kata adalah bahasa
Tulisan, bicara dan kata-kata:
Wahai bahasa, kemudian, siapakah kata-kata itu?
Bahasa:
Wahai tulisan, bicara dan kata-kata, sesungguhnya kata-kata itu adalah salah satu dari diriku. Kata-kata adalah semua sifat yang ada. Maka semua sifat yang dapat engkau pikirkan dan ucapkan adalah kata-kata. Maka kata-kata itu berada di mana-mana sampai batas akal pikiranmu. Pikiranmu itu berkata. Keputusanmu itu berkata. Langkahmu itu berkata. Penampakkanmu itu berkata. Akvitasmu berkata. Pegaulanmu berkata. Keberadaanmu berkata. Penjelasanmu berkata. Pertanyaanmu berkata. Bahkan kata-katamu itu juga berkata. Semua peristiwa itu berkata. Maka semua yang ada dan yang mungkin ada itu berkata.
Tulisan, bicara dan kata-kata:
Wahai bahasa, kalau begitu siapakah bicara?
Bahasa:
Wahai tulisan, bicara dan kata-kata, sesungguhnya bicara itu adalah salah satu dari diriku. Bicara adalah semua sifat yang ada. Maka semua sifat yang dapat engkau pikirkan dan ucapkan adalah bicara. Maka bicara itu berada di mana-mana sampai batas akal pikiranmu. Pikiranmu itu bicara. Keputusanmu itu bicara. Langkahmu itu bicara. Penampakkanmu itu bicara. Akvitasmu bicara. Pegaulanmu bicara. Keberadaanmu bicara. Penjelasanmu bicara. Pertanyaanmu bicara. Bahkan bicaramu itu juga bicara. Semua peristiwa itu bicara. Maka semua yang ada dan yang mungkin ada itu bicara.
Tulisan, bicara dan kata-kata:
Wahai bahasa, kalau begitu siapakah tulisan?
Bahasa:
Wahai tulisan, bicara dan kata-kata, sesungguhnya tulisan itu adalah salah satu dari diriku. Tulisan adalah semua sifat yang ada. Maka semua sifat yang dapat engkau pikirkan dan ucapkan adalah tulisan. Maka tulisan itu berada di mana-mana sampai batas akal pikiranmu. Pikiranmu itu tulisan. Keputusanmu itu tulisan. Langkahmu itu tulisan. Penampakkanmu itu tulisan. Akvitasmu itu tulisan. Pegaulanmu itu tulisan. Keberadaanmu itu tulisan. Penjelasanmu itu tulisan. Pertanyaanmu itu tulisan Bahkan bicaramu itu tulisan. Semua peristiwa itu tulisan. Maka semua yang ada dan yang mungkin ada itu tulisan.
Tulisan, bicara dan kata-kata:
Wahai bahasa, kalau begitu siapakah dirimu itu.
Bahasa:
Wahai tulisan, bicara dan kata-kata, sesungguhnya bahasa adalah semua sifat yang ada. Maka semua sifat yang dapat engkau pikirkan dan ucapkan adalah bahasa. Maka bahasa itu berada di mana-mana sampai batas akal pikiranmu. Pikiranmu itu bahasa. Keputusanmu itu bahasa. Langkahmu itu bahasa. Penampakkanmu itu bahasa. Akvitasmu itu bahasa. Pegaulanmu itu bahasa. Keberadaanmu itu bahasa. Penjelasanmu itu bahasa. Pertanyaanmu itu bahasa. Bahkan bicaramu itu juga itu bahasa. Semua peristiwa adalah bahasa. Maka semua yang ada dan yang mungkin ada adalah bahasa.
Tulisan, bicara dan kata-kata:
Wahai bahasa, gantian saya yang ingin bertanya kepada engkau. Lalu, apakah hubungan antara bicara, kata-kata dan bahasa.
Bahasa:
Semua dari tulisan, bicara dan kata-kata adalah diriku. Bahkan lebih dari itu, semua yang dapat engkau pikirkan adalah bahasa. Semua subyek, obyek dan kalimat-kalimat adalah bahasa. Semua peristiwa adalah bahasa. Menterjemahkan adalah bahasa. Diterjemahkan adalah bahasa. Maka bahasa adalah hidup. Maka hidup adalah bahasa. Semua refleksi adalah bahasa. Maka filsafat itu adalah bahasa. Lebih dari itu, semua struktur adalah bahasa. Potensi adalah bahasa. Fakta adalah bahasa. Semua arti adalah bahasa. Kebutuhan adalah bahasa. Keinginan adalah bahasa. Maka bahasa adalah sekaligus makna dan referensinya. Tanpa kecuali maka semua elegi adalah bahasa.
Orang tua berambut putih:
Itulah sebenar-benar berfilsafat, yaitu seberapa jauh engkau dapat memperkatakan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Itulah sebenar-benar berfilsafat, yaitu seberapa jauh engkau dapat memperbicarakan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Itulah sebenar-benar berfilsafat, yaitu seberapa jauh engkau dapat mempertuliskan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Itulah sebenar-benar berfilsafat, yaitu seberapa jauh engkau dapat memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Maka:
Itulah sebenar-benar mendidik, yaitu seberapa jauh engkau memberi kesempatan dan kemampuan kepada siswa-siswamu untuk memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Maka:
Itulah sebenar-benar pembelajaran matematika, yaitu seberapa jauh engkau memberi kesempatan dan kemampuan kepada siswa-siswamu untuk memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua matematika yang ada dan yang mungkin ada.
Maka:
Itulah mengapa elegi-elegi ini aku persembahkan untuk kamu semua wahai mahasiswaku, yaitu seberapa jauh aku memberi kesempatan dan kemampuan kepada engkau semua untuk memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada. Maka jadikanlah elegi-elegi ini sebagai teladan bagi dirimu semua. Semoga kecerdasan menyertai pikiran dan hatimu semua. Amien.
92 comments:
- Muhammad Faisal FahruroziReply
06301244073
Elegi menggapai berbicara sangatlah dekat dengan kehidupan ini. bagaimanakah orang lain akan tahu kehendak kita, tanpa kita berbicara. berbagai media pun akan membantu kebahasaan untuk menyampaikan kepada orang lain.
Lalu, bagaimanakah menghadirakan siswa-siswa untuk selalu aktif berbicara di dalam kelas?
Bagaimanakah pendekatan kepada siswa agar selalu hadir dalam setiap pengarahan di dalam kelas?
Terima kasih - Assalamualaikum,.Reply
Ketika kata-kata mengajukan protes pada bicara, bukankah berarti bicara telah menimpakan sifatnya pada kata-kata. Kemudian ketika tulisan mengajukan protes kepada kata-kata dan bicara berarti kata-kata dan bicara telah menimpakan sifatnya kepada tulisan.
apakah bisa tulisanlah yang ada terlebih dahulu daripada kata-kata dan bicara. dan kata-kata ada terlebih dahulu daripada bicara.
Dalam dunia pendidikan ketika seorang guru menghadirkan Lembar Kerja Siswa (tulisan) untuk memotivasi siswa agar aktif di kelas sehingga siswa memproduksi kata-kata dan mau mengungkapkan buah pikirannya dengan berbicara maka bukankah pernyataan saya di atas menjadi terbalik.
sehingga bicara dan kata-kata bisa mengajukan protes kepada tuisan. dan bicara pun bisa mengajukan protes kepada kata-kata.
Benarkah begitu Pak ?
terima kasih,.
wassalamualaikum. - Semua yang mempunyai ruang dan waktu adalah bahasa. dan ketika engkau membaca apa yang aku ekspresikan maka itu adalah salah satu bahasaku.Reply
Terima Kasih....... - ketika tulisan protes kepada kata- kata dan bicara,,siapakah yang dahulu sebenarnya ada?bukankah kata - kata juga tidak harus di lontarkan melalui tulisan?Reply
- AnonymousApril 16, 2009 9:02 AMmungkin memang itulah kompetensi yang mestinya dimiliki oleh semua pendidikReply
yaitu dapat membelajarkan siswa sehingga siswa dapat
memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Hanya saja,para pendidik harus jeli menggunakan metode yang tepat dengan
memperhatikan keadaan siswanya.
ini juga ungkapan dari seorang siswa yang sedang mendapat kesempatan berbahasa yang belum tentu benar
sehingga tetap saja perlu dikoreksi...
\
arif munanda - elegi menggapai bicaraReply
kesimpulan yag dapat dapat saya ambil adalah tulisan, kata-kata dan bicara adalah satu kesatuan yang utuh, yang semuanya itu dapat dinyatakan dengan satu kata yaitu bahasa. setiap orang dapat mendeskripsikan mengungkapkan bahasa yang berbeda tergantung dimensi orang. semakin tinggi dimensi seseorang maka semakin tinggi tingkat bahas yang digunakan dan sebaliknya.
untuk itu sebagai calon pendidik haruslah mampu mengoptimalkaan kemampuan berbahasa yang baik dan benar serta mudah dimengerti oleh siswanya.
yang ingin saya tanyakan, bagaimana cara guru sehinnga dapat menoptimalkan kemampun bahasanya sehingga dalam mengajar materi yang diajarkan dapat diterima denan baik oleh siswa?
yang kedua, bagaimana cara mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga siswa mau menyuarakan aspirasinnya melalui bahasa mereka?
terakhir, selain kemampuan bahasa hal apa saja yang perlu dimiliki seorang pendidik untuk dapat mengelola kelas dengan baik?
terima kasih. - Assalamu'alaikum wr wb.Reply
Pak saya mau tanya, siapa yang lebih dulu lahir kata-kata ataukah bicara? - Memang benar bahwa kata-kata ,tulisan,bahasa merupakan satu kesatuan yang utuh agar kita dapat bicara semua yang ada dan mungkin ada.Begitu juga dengan berfilsafat yaitu bagaimana kemampuan kita untuk memperkatakan,membicarakan,mempertuliskan maupun memperbahasakan segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.Kita sebagai calon guru juga harus dapat mendorong siswanya agar mau memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada baik berhubungan dengan pengetahuan matematikanya selaku kita calon guru matematika maupun pengetahuan yang lain.Sehingga menimbulkan keinginan siswanya untuk berfikir.Reply
- Mungkin akan sangat membahagiakan untuk seorang guru untuk dapat memotivasi siswa-siswanya untuk dapat mengeluarkan ide-ide mereka melalui tulisan, bicara dan bahasa.Reply
Yang saya ingin tanyakan adalah apakah kita harus dapat mengeluarkan ide-ide kita dengan ketiganya itu pak? karena terkadang ada orang yang lebih menyukai tulisan daripada bicara atau sebaliknya?
terimakasih. - Menurutku:Reply
-Filsafat adalah olah pikir tentang apa yang
telah terjadi ataupun yang mungkin terjadi
kemudian.
-Ilmuku adalah penjelasanku.
Dari 2 pernyataan diatas, filsafat bagiku adalah bagaimana caraku menjelaskan tentang olah pikirku mengenai apa yang telah terjadi maupun yang mungkin terjadi kemudian. Bagaimana caraku menjelaskan itupun tak lepas dari bahasa. Bicaraku, kata-kataku, dan tulisanku adalah bahasaku. Walaupun ketiganya memiliki dimensi yang berbeda, namun itulah yang akan aku gunakan untuk menjelaskan olah pikirku mengenai apa yang telah terjadi dan yang mungkin terjadi.
Suziyana Binti S
06301244043
pend matematika 06 kelas c - semua benda di dunia ini hakekatnya adlah berbicaraReply
kita sebagi manusia telah di anugrahi keistimewaan tersebut
kita harus bias memamfaatkan sebagimana kita harus berucap dan bertingkah laku
untuk diri dan untuk orang lain.
bagaimanakah berbicara yang indah itu?
apa dengan nada yang lembut
apa dengan tata bahasa yng indah
semua tu hanya intuisi kita untuk mengungkapkan kegelisahan yang ada dalam pikiran kita
kekawatiran yang menyebabkan tersumbatnya implus untuk beranjak. - Asslam…Wr. Wb.Reply
Jika kita resapi, tulisan, bicara, kata-kata maupun bahasa ada jarak tertentu yang memisahkannya. Namun saya juga yakin aka penghubung/jalan yang menghubungkannya.
Karena mengingat bahwa pikiran kita adalah terbatas maka apa begitu pula dengan tulisan, bicara, kata-kata maupun bahasa??, kalau menurut saya jawaban dari pertanyaan yang saya buat sendiri itu bisa “iya” dan bisa “tidak”.
Jawabannya “iya “ jika yang dimaksud tulisan, bicara, kata-kata maupun bahasa itu adalah tulisan, bicara, kata-kata maupun bahasa manusia. Dan jawaban akan berganti “tidak” jika tulisan, bicara, kata-kata maupun bahasa yang dimaksud adalah tulisan, bicara, kata-kata maupun bahasa Tuhan Sang Pencipta Segalanya, dialah sesembahanku Allah SWT. - Elegi mengapai bicara yang terdapat Kata - kata, tulisan, bicara dan bahasa merupakan karunia yang dimiliki oleh mahkluk allah yaitu manusia. Dimana semua dapat digunakan dalam kehidupan fana ini yang banyak perbedaan antara dimensi satu dengan dimensi lain. Namun semua harus bisa saling mendukung antara Kata - kata, tulisan, bicara dan bahasa karena kata-kata harus bisa dituangkan dalam tulisan begiti juga tulisaan harus bisa diungkapkan dan dipahami bahasanya jadi haruslah seimbang. Dalam dunia pendidikan khususnya matematika terutama bagi para pendidik yang mengajarkan kepada siswa harus bisa memberikan pemikiran atau masukan kepada siswa. Banyak sekali yang bisa digunakan guru dalam memberikan tullisan yang bisa membangkitkan semangat para siswa di kelas sehingga siswa bisa mengolah kata-kata yang telah disampaikan guru kemudian siswa dapat mengungkapkan pikirannya dengan berbicara dan berbahasa terkait dengan semua matematika yang ada dan yang mungkin yang tidak ada. Jadi siswa dapat memberikan kontribusi dengan beberapa aspek tulisan, kata-kata, bicara dan bahasa.Reply
- Bahasa merupakan hal yang sangat dekat dengan kehidupan kita, dengan perpaduan antara kata-kata, tulisan, dan bicara…seseorang dapat mengekspresikan apa yang ia inginkan dan berkomunikasi dengan orang lain bahkan orang yang mempunyai kekurangan sekalipun.Reply
Namun terkadang kita susah bahkan tidak bisa memahami bahasa orang lain, entah karena bahasanya terlalu tinggi atau rendah. Lalu bagaimana agar kita dapat memahami bahasa mereka?
Selain itu, orang lain juga belum tentu memahami bahasa yang kita gunakan. Dan terkadang orang susah untuk mengungkapkan apa yang ia inginkan walaupun ia sudah memikirkannya. Sehingga apa yang harus ia lakukan agar orang lain dapat mengerti keinginannya?
afni tiya suci
06301244035
p.mat nr'C - Untuk Semuanya...Reply
Tidaklah bisa terlalu lama aku membiarkan engkau semua dalam keadaan tanpa mengenal esensi elegi ini. Dengan berat hati terpaksa saya ingin menyampaikan bahwa hampir sebagaian yang memberi komen pada Elegi Menggapai Bicara masih belum menyentuh substansi dari yang saya maksud dari elegi ini. Komentar anda semua hampir tentang penggambaran dirimu sebagai subyek bicara. Padahal dalam elegi ini lebih ditekankan kepada SI OBYEK yang BERBICARA. Untuk itu coba renungkanlah kembali pengakuan BAHASA sebagai berikut:
“Semua dari tulisan, bicara dan kata-kata adalah diriku. Bahkan lebih dari itu, semua yang dapat engkau pikirkan adalah bahasa. Semua subyek, obyek dan kalimat-kalimat adalah bahasa. Semua peristiwa adalah bahasa. Menterjemahkan adalah bahasa. Diterjemahkan adalah bahasa. Maka bahasa adalah hidup. Maka hidup adalah bahasa. Semua refleksi adalah bahasa. Maka filsafat itu adalah bahasa. Lebih dari itu, semua struktur adalah bahasa. Potensi adalah bahasa. Fakta adalah bahasa. Semua arti adalah bahasa. Kebutuhan adalah bahasa. Keinginan adalah bahasa. Maka bahasa adalah sekaligus makna dan referensinya. Tanpa kecuali maka semua elegi adalah bahasa.”Maka:
Jika manusia berbicara, maka binatang berbicara, maka pohon berbicara, maka batu-batu berbicara. Seberapa jauh engkau semua mampu mendengar pembicaraan semuanya itu? Itulah esensi elegi ini.
Jika manusia berbicara, pikiranmu berbicara, perasaanmu berbicara, keinginanmu berbicara, perhitunganmu berbicara, pergaulanmu berbicara, dst. Seberapa jauh engkau semua mampu mendengar pembicaraan semuanya itu? Itulah esensi elegi ini.
Maka jika pikiranmu berbicara, maka matematika berbicara, arithmetika berbicara, geometri berbicara, segitiga berbicara...dst. Seberapa jauh engkau semua mampu mendengar pembicaraan semuanya itu? Itulah esensi elegi ini.
Maka jika guru berbicara, maka murid berbicara, keinginan murid berbicara, buku-buku berbicara, kemempuan murid berbicara, alat peraga berbicara, ...dst. Seberapa jauh engkau semua mampu mendengar pembicaraan semuanya itu? Itulah esensi elegi ini.
Bukankah semua elegi ini telah berusaha memberikan teladan kepada engkau semua, betapa aku berusaha keras sekuat tenaga bagaimana memperbicarakan semua yang ada dan yang mungkin ada. Maka dapat aku katakan bahwa diriku adalah menggapai memperbicarakan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Maka setinggi-tinggi tantanganmu semua mempelajari filsafat adalah memperbicarakan mereka semua, atau memperbicarakan semua yang ada dan yang mungkin ada, atau mendengar pembicaraan dari semua yang ada dan yang mungkin ada. Itulah sebenar-benar elegi.
Maka renungkanlah. Sehebat-hebat dirimu adalah yang telah memberikan komentarnya.
Semoga kecerdasan senantiasa menyertai pikiran dan hatimu semua. Amien
(Marsigit) - Masih untuk semuanya...Reply
Tambahan ...maka semua yang ada dan yang mungkin ada adalah bahasa. Angin sempoi-sepoi, gelombang laut, gunung berapi, ...semuanya itu adalah ada. Semuanya itu adalah bahasa. Maka dapat aku katakan bahwa dunia adalah bahasa. Aku juga dapat mengatakan bahwa ternyata diriku adalah bahasa.
Maka Renungkanlah
Maka ada pula kata-kataku, bicaraku, tulisanku, itu semua aku berusaha aku perbicarakan dalam elegi ini.
Maka renungkanlah
Padahal aku tahu bahwa di dalam diriku masih terdapat bermilyar-milyar sifat-sifatku yang berhak pula berbicara. Itu baru diriku, yang hanya setitik butir pasir di dunia ini.
Maka renungkanlah.
Amien - Bismillah…Reply
Pemimpin yang baik adalah yang mampu mendengarkan anak buahnya… mungkin ini salah satu penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Bukan begitu?
Bahasa, tulisan, kata2, bicara berhubungan dengan komunikasi, maka semoga Allah melancarkan pikiran kita hingga mampu menyampaikan apa yang kita maksud dengan benar… kita dapat menyampaikan kebenaran… amien..
Tidak semua apa yang kita pikirkan, tersampaikan kepada orang lain(jika memang seharusnya tersampaikan). Apakah Bapak memiliki saran?
Sedikit tambahan, apa pendapat Bapak mengenai pernyataan2 beberapa pihak yang menyampaikan bahwa pendidikan di Indonesia(lebih spesifik ke pendidikan formal(sekolah)), bahwa sekolah adalah penjara bagi siswa, yang memenjarakan kreativitas siswa…
Terima kasih…
Semoga bermanfaat… - Maka :Reply
Hati adalah jodoh dari bahasa, ia yang mampu mendengar setiap "bicara", mampu berpikir setiap "kata-kata", mampu melihat setiap "tulisan".
Mata, Telinga, Otak kita terlalu sempit untuk memunculkan dan menangkap setiap bahasa.
Maka:
Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa menghadirkan "hati" kepada kita yang mampu mndengar, memikirkan (memahami) dan melihat bahasa, bahasa dari Tuhan dan ciptaan-Nya.
Maka:
Akan lahir sosok pendidik yang dicintai Allah Yang Maha Esa, siswa-siswinya, dan lingkungan sekitarnya, karena ia sejatinya telah membangun interkoneksitas antar elemen - elemen alam semesta yang terpisah, tapi sejatinya terpadu.InsyaAlloh. Amiin - AnonymousApril 19, 2009 6:04 PMPak, bagaimana cara membuat siswa menjadi aktif dalam suatu proses pembelajaran berlangsung?? terkadang hal itu sangat sulit...Reply
Rossa Kristiana
06301241040
Pend Mat '06 - Rossa Kristiana...bertanyalah pada dirimu sendiri. Apakah engkau sebagai muridku juga melakukan kegiatan dikarenakan aku sebagai gurumu juga telah melakukan usaha dan mengembangkan metode perkuliahan / pembelajaran?. Maka renungkanlah.Reply
- Bicara, kata-kata, tulisan dan bahasa kita adalah wujud dari siapa diri kita, sedang belajar apa kita, sedang berproses seperti apa kita. Maka, kita bisa tahu dan mengevaluasi sejauh mana diri kita menjadi, sejauh mana diri kita belajar, sejauh mana diri kita berkembang dengan melihat bicara, kata-kata, tulisan dan bahasa kita. Semoga, selalu ada yang berubah, selalu ada yang membuat kita berkesimpulan bahwa kita telah menjadi lebih dalam hal yang baik, telah lebih berkembang dan berproses menuju yang lebih baik. Pun terhadap anak didik kita.Reply
- Enika..bacalah kembali elegi ini beberapa kali. Coba hayatilah bagaimana alam sekitarmu mampu berbicara kepadamu. Sekali lagi bukan dirimu yang berbicara, tetapi mereka berbicara kepadamu. Maka tantanganmu kemudian adalah bagaimana mereka semua berbicara dalam dirimu. Artinya, seberapa jauh engkau mampu memperbincangkan mereka yang ada dan yang mungkin ada. Marsigit telah berusaha keras membuat contoh elegi-elegi dalam rangka untuk itu.Reply
Selamat mengikuti Konferensi Patung Filsafat. - Asri Kusumaning Maharsi...apakah pertanyaanmu menjadi berbeda setelah engkau mengulangi mambaca elegi ini dan juga membaca komentar saya?Reply
- lia fitrianaReply
06301244094
menurut saya bicara mendahului kata tulisan dan bahasa. coba kita pikirkan, sebelum kita menuliskan sesuatu tentunya kita sudah berpikir, di saat berpikir kita pasti sudah mengucapkannya dalam hati terlebih dahulu mengenai tulisan yang akan ditulis. baru setelah itu kata, tulisan, dan bahasa.
pak bagaimana kita membuat siswa kita menuliskan, memperkatakan,membicarakan, dan membahasakan materi dalam pelajarn ? kadang mereka bisa namun enggan untuk melakukan. dan bagaimana cara yang efektif agar siswa seimbang dalam menuliskan, memperkatakan, membicarakan,dan membahasakan suatu materi ? - Lia Fitriana...berilah para siswamu itu kesempatan untuk membangun dunianya. Pengetahuan adalah siswa. Ilmu adalah siswa. Matematika adalah siswa. Maka dunia adalah siswa. Maka renungkanlah. (Tanyakan hal ini dalam perkuliahan saya, agar saya tidak lupa)Reply
- aku dapat menyampaikan maksudku...aku dapat menyampaikan setiap pertanyaanku...aku dapat mengungkap isi pikiranku...aku dapat memperlihatkan atau memberitahu dan aku dapat mengetahui serta menagkap keadaan karena bahasa.Reply
ketika aku bisa menata bicara,kata-kata dan tulisanku untuk membuat orang lain mengerti maksudku atau mencoba untuk menginformasikan pengetahuanku maka aku menyampaikan bahasaku dengan baik...
dan bahasa yang kita lihat dari objek lain adalah pengetahuan baru yang akan berfungsi sesuai daya tangkap kita...
dan tentunya belajar menata bahasa dan berusaha memahami bahasa dari objek lain adalah penting. - Yudi Priyani...cobalah lakukan eksperimen dengan berusaha mempercakapkan dari satu atau beberapa sifatmu, misalnya peduli, nyaman, usaha, cita-cita...dsb. Maka sebenar-benar ilmumu adalah seberapa jauh engkau menjelaskan mereka itu. Maka elegi-elegi ini adalah contoh yang aku lakukan.Reply
- melalui bicara...kita bisa menyampaikan....dan melalui bicara pula kita bisa mendapatkan...Reply
tak terlepas dengan hakikat kita sebagai mahasiswa dan manusia yang selalu dalam tahapan belajar dan berusaha untuk lebih mengetahui...
namun demikian, selama kata-kata, tulisan, bahasa...semua yang keluar dari diri manusia adalah cerminan dari ilmu yang dimiliki...
dan kualitas dari apa yang ada dalam kata-kata, tulisan dan bahasa manusia juga tergantung dari ilmunya...
akan tetapi ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah pincang...
jadi, keseimbangan dan harmonisasi akan senantiasa mengahiasi hidup dan kehidupan...
seandainya semua yang kita miliki hars diketahui oleh orang lain, maka waktu yang ada tidaklah cukup untuk mengetahui kata-kata, tulisan dan bahasa setiap orang...hanya saja, manusia memiliki sisi kecenderungan yang dapat digunakan untuk menggambakan diri dan kepribadian...
dan sesungguhnya, bahasa itu sangat beragam; bahasa lisan, bahasa tubuh, bahasa fikiran bahkan bahasa hati....
semoga kita bisa menggapai.......amin.
DANIK MULYA SARI
06301241025
P. Matematika R 06 - DANIK MULYA SARI...dari dirimu aku belum melihat obyekmu berbicara. Maka renungkanlah.Reply
- Apriyani Endah PuspasariReply
Pend Mat NR'06 C
06301244021
Kita segai manusia dari di dalam kandubgan ibu sudah mulai belajar. Sampai tumbuh kembangnya kita , kita masih tetap belajar termasuk juga untuk belajar berkata-kata, berbicara, menulis, berbahasa. membaca elegi ini juga mencakup berkata-kata, berbicara, menulis, berbahasa. Apalagi kita dalam mengkomentari elegi ini juga sudah termasuk belajar itu semua.
Mau tanya pak<
bagaimana cara kita meningkatkan kata-kata, bicara, tulisan dan bahasa kita agar lebih tertata dengan baik??
Terima kasih,,, - Apakah boleh dari elegi ini saya dapat simpulkan bahwa befilsafat adalah berbahasa?Bagaimana cara kita sebagai calon guru harus menyikapi kemerosotan semangat dari peserta didik dalam mempelajari matematika?bagaimana cara merangkai bahasa matematika yang baik dan mudah dipahami siswa?Reply
- lilintri nurhayati (PMat S2 09709251033)September 8, 2009 1:16 PMBaru saya sadari bahasa ternyata sangatlah luas, dahan bergoyang adalah bahasa bahwa ada angin, sinar mata membahasakan pancaran hati, mendengarkan bahasa butuh kepekaan, untuk mendengarkan bahasa suara ada orang yang perlu diam, untuk membaca bahasa tulisan ada orang yang perlu bantuan kacamata, atau huruf braille untuk orang yang tunanetra, untuk mendengarkan suara hati ada orang perlu merenung masuk ke dalam diri. Semua yang Tuhan ciptakan mempunyai bahasanya sendiri-sendiri. Mungkin kita perlu mendengarkan, meraba, melihat, mencium bau, mengecap, dan memperhatikan untuk menangkap bahasa yang ingin disampaikan segala hal di sekitar kita.Reply
- Wahai kata-kata, bicara, tulisan, dan bahasa…Reply
Sebenar-benarnya kalian adalah ilmu pengetahuan
Media pengembangan ilmu bagi siapa saja
Media pengantar olah fikir manusia
Media komunikasi dunia
Tanpamu tak akan ada yang bisa menjelaskan semua yang ada dan yang mungkin ada
Wahai kata-kata, bicara, tulisan, dan bahasa…
Diriku adalah manusia biasa
Yang tak sanggup untuk berkata, berbicara, bertulis, dan berbahasa pada multidimensi ruang dan waktu
Walaupun diriku tahu disitulah letak ilmuku
Diriku takkan menyerah pada multidiensi itu
Karena bagiku tak ada batas ruang dan waktu untuk menghalangiku untuk terus maju
Walaupun diriku tahu diriku terbatas pada kata-kataku, bicaraku, tulisanku, dan bahasaku… - Assalamu'alaikum wr wb.Reply
pak! aku sedang berbincang bincang dengan dirimu walaupun dirimu tidak bisa aku sentuh tapi itu alh dirimu dan kita sedang menggunakan berbahasa.
aku duduk itulah bahasa...........
aku melihat itulah bahasa...........
aku memegang itulah bahasa ..........
aku mendengar itulah bahasa ...........
aku mencium bebauan itulah bahasa .......
aku menggerakan badan ku itulah bahasa......
aku tidur itulah bahasa .....................
maka aku adalah bahasa dan bahasa adalah aku
maka seluruh anggota badan ku yang terlihat dan mungkin terlihat itulah bahasa.
sesungguhnya alloh mencipatakan semua yang ada di muka bumi ataupun pelanet-pelanet luar angkasa sedang berbahasa dan dan itu lah bahasa (bahasa adalah bahasa dan bahasa adalah bahasa...) - Yang dikeluarkan oleh suara adalah bahasa, bahasa adalah susunan kata-kata dan kata-kata bersumber dari tulisan. kemudian sebelum suara dibunyikan pikiran mencoba menelaah apakah ada yang kontradiksi dengan hati. Sejauh itulah kita dapat memikirkan bahasa dan seluruh tindakan adalah bahasa.Reply
- NINI WAHYUNIReply
S2-LT A UNY
2009
Bicara tak selalu berbahasa dan tak selalu berkata-kata. Terkadang dengan diam pun, aku tengah bicara, bicara dengan bahasa dan kata-kata diamku.
Ketika bicara dikaitkan dengan filsafat...
Disanalah aku menemui kebingungan...
Bingung membicarakan elegi-elegi..
Bingung mengomentari kata-kata yang ada dalam elegi-elegi...
Bingung memilih bahasa yang tepat untuk elegi-elegi...
Namun, semakin bingung aku semakin senang, karena itu artinya akal pikiranku masih terjaga. Dan selamat Datang pada Pemahaman...
Dengan mengikuti dan mengomentari elegi-elegi, aku tengah menggapai bicara-ku... - berfilsafat adalah mengemukakan pendapat,ide,pikiran,opini, dan mengemukakan semua yang ada dan mungkin ada melalui bahasa, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan, serta bahasa lain yang dimengerti yagn lainnya. Semoga kita dapat berfilsafat berkat rahmad dan hidayah-Nya. Amin.Reply
- NENY ENDRIANA PMAT(09709251004)October 21, 2009 2:27 PMASSALAMU'ALAIKUM. Wr.Wb.Reply
BISMILLAHIRROHMAANIRROHIM..........
Elegi ini menurut saya mencerminkan kebijaksanaan seorang guru atau dosen untuk memberikan kebebasan berfikir para mahasiswanya sehingga tidak merasa tertekan dengan satu prinsip. memang setiap insan terkadang memiliki persepsi yang berbeda yang belum tentu persepsi atau prinsip dari masing-masing para peserta didik itu keliru. maka kebijaksanaan bagi para pendidik untuk memberi kesempatan bagi para peserta didiknya untuk menulis,membicarakan, dan mengatakan setiap apa yang ada dan yang mungkin ada, bikan saja pada pelajaran matematika akan tetapi juga yang lainnya guna memperluas wawaan dan pola pikir sang anak didik.
Terimakasih dan mohon maaf mungkin ada yang salah dari setiap kata-kata yang ada.
Assalamu'alaikum. Wr.Wb. - ASSALAMU'ALAIKUM. Wr.Wb.Reply
BISMILLAHIRROHMAANIRROHIM..........
Elegi ini menurut saya mencerminkan kebijaksanaan seorang guru atau dosen untuk memberikan kebebasan berfikir para mahasiswanya sehingga tidak merasa tertekan dengan satu prinsip. memang setiap insan terkadang memiliki persepsi yang berbeda yang belum tentu persepsi atau prinsip dari masing-masing para peserta didik itu keliru. maka kebijaksanaan bagi para pendidik untuk memberi kesempatan bagi para peserta didiknya untuk menulis,membicarakan, dan mengatakan setiap apa yang ada dan yang mungkin ada, bikan saja pada pelajaran matematika akan tetapi juga yang lainnya guna memperluas wawaan dan pola pikir sang anak didik.
Terimakasih dan mohon maaf mungkin ada yang salah dari setiap kata-kata yang ada.
Assalamu'alaikum. Wr.Wb - Demokrasi. Barangkali inilah kata yang tepat untuk menyimpulkannya. Terimakasih Pak telah memberi kwesempatan pada kami untuk bicara, berkata, dan menulis. Ini merupakan proses pembelajaran yang luar biasa. Ternyata tidak mudah untuk memperkatakan, mermperbicarakan, dan mempertuliskan segala yang ada dan yang mungkin ada. Semoga ini menjadi bekal pemantapa jadi diri kami semua. Amin..Reply
- Ass....Reply
setiap yang kita bicarakan/tuliskan baik yang ada ataupun yang mukigkin ada itu merupakan bahasa, yang saya comment inipun adalah bahasa yang mewakili duniaku dalam elegi menggapai bicara saat ini.
Wass... - AssReply
bicara dan kata saling berkaitan, jika kita memecah celengan ilmu di pikiran kita, dapat menggunakan kata-kata dan dapat juga didukung oleh bicara
Wsl - Ass.Reply
Alhamdulillah
Aku sudah kenyang karena barusan melihat pertunjukkan paraa ibu-ibu dan bapak di kantin.
mereka berbicara kesana kemari saling berebutan, saling bersorak sambil mengunyah-ngunyah makanan pesanan mereka.
kelibunan ibu-ibu tersebut sungguh menghebohkan dan sungguh menyakitkan diriku. sehingga hakekat berbicara pada dasarnya melalui percakaapan yang sembarang saja. - Masalah bicara, saya masih tidak setuju dengan pernyatan tentang "gerak memiliki dimensi yang lebih rendah dari tulisan, gerakku tidak mampu mengungkapkan semua tulisanku".Reply
Apakah tulisan mampu mengungkapkan semua gerakku? dalam diriku amat sangat banyak yang bergerak entah itu partikel besar maupun partikel yang sangat kecil. Badan, tangan, kaki, kepala, dada, hidung, tulang, otot, jantung, darah, air, udara, antibodi dan sebagainya semua bergerak dengan aktif. gerakan-gerakan itu tidak mampu diungkapkan dengan detail melalui tulisan. Setaip kali aku menulis sebanyak-banyaknya, selalu muncul gerakan yang belum aku tulis sampai saat ini bahkan belum mampu aku ucapkan dengan detail..
Dengan demikian, gerak memiliki dimensi yang lebih tinggi daripada tulisan bahkan ucapan.. - bicara adalah diriku, perbuatanku adalah bicaraku, bahkan diamkupun adalah bicaraku. dari bicaraku semua akan tahu siapa diriku yang sebenarnya. dari bicaraku semua akan tahu pengetahuanku. pada saat semua bicaraku itu berbicara maka pada saat itulah rahasiaku berbicara. tapi aku tak punya pilihan lain. mau tak mau aku harus bicara. untuk mengetahui apa yang terjadi disekitarku aku harus bicara. bahkan untuk mengetahui apa yang terjadi pada diriku,aku harus berbicara. maka untuk meraih pengetahuankupun aku harus bicara..tapi tak hanya bicara ku saja..aku juga harus mendengarkan pembicaraan yang lainnya. aku juga harus mendengarkan pembicaraan teman-teman ku, aku juga harus mendengarkan pembicaraan dari semua yang ada dan yang mungkin ada..untuk itulah aku harus berusaha ikhlas. untuk itulah aku harus belajar ikhlas.. mampukah aku menggapai ikhlas ku???Reply
- Dewi Fitrianing LestariReply
07301244011
Pend Matematika SWA`C`07
Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika
Rabu, 09.00-10.40
Apapun itu menurut saya segalanya adalah komunikasi. Karena komunikasi dapat dilakukan dengan apa saja mengan media apapun dan dengan apapun kondisinya. Sehingga menurut saya hidup adalah komunikasi, bahasa adalah komunikasi, bicara adalah komunikasi, menulis adalah komunikasi. Dalam kehidupan yang horizontal (yaitu sesame manusia) memang dibutuhkan komunikasi, baik seseorang yang mempunyai keistimewaan(orang cacat, autis dan lain-lain) mereka jua perlu adanya komunikasi agar dapat mengungkapkan apa perasaan hatinya. Disini saya jadi ingin mengetahui bagaimanakah seorang anak outis berkomunikasi, berbahasa?. Dimana kelemahan anak tersebut adalah berkomunikasi . semoga bapak dapat member saya petunjuk. - Susi Dwi LestariReply
07301244049
Pend Matematika Swa C
Filsafat Pend Matematika
Rabu jam 09.00
Bahasa pun berfilsafat. Bahasa bukan hanya milik manusia. Binatang, tumbuhan, bahkan batu pun berbahasa. Maka semua kejadian di dunia ini pun adalah bahasa. Kejadian yang menyenangkan ataupun yang memprihatinkan seperti bencana alam yang sering terjadi. Tapi adakalanya kita mengabaikannya atau tidak memperhatikannya. Atau bahkan kita tidak mengerti dengan bahasa mereka. Tetapi disinilah kita harus berikhtiar untuk mampu memahaminya. - reni nur ainiReply
07301244036
p.mat swa c 07
pend filsafat
rabu 09.00-10.40
ternya berbagai hal di dunia ini adalah sebagai subjek maupun objek berbahasa. angin pun dapat berbahasa,karena ketika kita sedang merasa kegerahan dan angin menerpa tubuh kita sang angin berkata dan berusaha untuk menghapuskan rasa gerah kita.tentu kita merasa senang atas bantuan angin tersebut. ketika kita haus,ada air yang kita tuju,ketika air masuk ketenggorokan kita,air berbahasa untuk menghapuskan rasa haus kita.harusnya kita berterimakasih kepada hal-hal sepele yang ada disekitar kita,karena dengan bantuan sederhana mereka kita dapat banyak manfaat. - Agustyani Sari Ratna DewiReply
07301244053
Pend. Mat Sw C
Filsafat Pend. Matematika
Rabu, 09.00-10.40
Terimakasih untuk doanya pak dan terimakasih pula untuk kesempatan yang diberikan bapak lewat elegi ini untuk kami berbicara dan menyampaikan pendapat. Sebagai mahasiswa kadang kala jika kita ingin menyampaikan pendapat kita merasa takut, entah itu takut kepada dosen ataupun takut nilainya dikurangi. Karena tidak semua dosen ataupun ynag berkuasa memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk menyampikan pendapat. Mungkin masih ataupun ada di kalangan kita sendiri yang demikian. Berbicara menjadi sangat penting manakala itu berbobot dan memberi masukan ataupun mengkritisi sesuatu. Semoga dengan adanya elegi ini kita menjadi terlatih dan terbiasa untuk berpendapat atau berkomentar. - Annisa Nur MulianaReply
07301244023
P.Matematika Swa C
Filsafat P.Matematika
Rabu, pukul 09.00-10.40
Terima kasih pak, karena dengan elegi-elegi bapak saya sebagai mahasiswa bapak dapt menulis, membahasakan, yaitu dengan mengomentari setiap elegi yang bapak buat. Dan saya mencoba dar semua elegi bapak untuk dapat meneladaninya.
Semoga kecerdasan menyertai pikiran dan hati kita semua.
Amin…. - Ass...Reply
Mempelajari filsafat dengan membaca elegi dan memberi komentar itu adalah salah satu usaha kita untuk menggapai bicara, disaat kita memberi komentar kita berusaha memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Itulah sebenar-benar berfilsafat, yaitu seberapa jauh kita dapat memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Wassalam... - Belajar filsafat bertujuan untuk bisa memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada.Melalui elegi-elegi yang bapak buat insyaAllah tujuan tersebut bisa tercaoai,amin...Reply
- Assalamualaikum Wr.Wb.Reply
Dengan mempelajari filsafat dan membaca elegi-elegi yang ada itulah sebenar-benarnya kesempatan kita untuk meningkatkan kemampuan kita semua untuk memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada. Dan sudah seharusnya kita menjadikan elegi-elegi ini sebagai teladan bagi diri kita semua. Semoga kita selalu mendapat kecerdasan dan kecerdasan selalu menyertai pikiran dan hati kita semua. Amien.
Wassalam.... - Assalamualikum...Reply
Sebenar-benar ilmu adalah jika bermanfaat bagi diri dan orang lain, kita mampu mengaplikasikan dalam perbuatan & menyampaikan kepada orang lain dengan lisan & bahasa yang baik.. Menyampaikan apa yang kita pikirkan tidaklah mudah, perlu latihan memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan.
Elegi ini memberi pesan kepada kita untuk tidak malu mengungkapkan/ menyampaikan pikiran/ide kita.
Wassalam - Trisniawati (10709251030)Reply
PPs Pendidikan Matemtika Kelas B
Sebenar-benanrnya guru adalah yang memberikan sebanyak-banyaknya kesempatan kepada siswanya untuk membangun dunia matematikanya...misalnya lewat problem solving,dll...oleh karena itu guru hendaknya hanya sebgai fasilitator...namun pa yg ingin saya tanyakan kenyataannya tidak demikian, dikarenakan berbagai banyak faktor...apa yg harus dilakukan seorang guru? - aslkm,,,Reply
elegi ini mengajarkan kepada kita untuk mengajak siswa kita nantinya berpikir seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya mengenai matematika, dan kita memotivasi dan memfasilitasi mereka untuk dapat belajar matematika kapanpun dan dimanapun mereka berada...sehingga mereka merasa lebih dekat dengan matematika dan akan lebih menyukai belajar matematika. - aslmkmReply
sebelumnya terima kasih bapak atas doanya.
Semoga dengan elegi ini kita mampu membangun filsafat kita masing-masing.
Dalam berfilsafat kita harus berfikir dan berhati jernih agar kita dengan mudah dapat mengatakan,membicarakan,menuliskan, dan memperbahasakan apa yang ada dan mungkin ada sebagai feedback kita dalam memahami elegi-elegi ini.
wslm - Meita FitrianawatiReply
08301244015
P.Mat Swa 08
Ass
kata-kata yang harus dipegang ketika kita esok menjadi guru adalah sebenarkan2nya mendidik,pembelajaran matematika
yang tertera dibawah ini
Itulah sebenar-benar mendidik, yaitu seberapa jauh engkau memberi kesempatan dan kemampuan kepada siswa-siswamu untuk memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada.
Maka:
Itulah sebenar-benar pembelajaran matematika, yaitu seberapa jauh engkau memberi kesempatan dan kemampuan kepada siswa-siswamu untuk memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua matematika yang ada dan yang mungkin ada.
dan semoga kita berhasil di dalam mendidik pembelajaran matematika..
an saatnya kita membangun filsafat di dalam pikiran kita.. - Kiki DhiwantamiReply
P Mat Swa 08
08301244033
Dalam elegi ini, hidup adalah bahasa, bicara, kata-kata, tulisan adalah bahasa. semuanya yang berkaitan dalam hidup ini adalah bahasa. Maka filsafat juga bahasa, berarti kita belajar filsafat itu sama artinya dengan membahasakan segala seauatu nyang ada dan yang mungkin ada. - Amin dan terimakasih Pak atas doanya..Reply
semoga kita diberi kesempatan dan kemampuan untuk dapat memposisikan diri menjadi yang terbaik. menjadi guru terbaik nantinya yang dapat membuat siswanya dapat memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada..serta mengambil ilmu dari seluruh aktifitas tersebut. - assalamu`alaikum...Reply
obyek dari filsafat adalah semua yang ada dan yang mungkin ada...dalam filsafat semua objek itu dapat melakukan hal2 seperti yang manusia lakukan...jadi semua yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini dapat berbicara, dapat berkata2, dapat berbahasa,, kesensitive an kita dalam memahami segala yang ada dan yang mungkin ada menjadi hal yang mutlak bagi kita yang sedang belajar filsafat, tapi sayangnya hal itu sangatlah sulit,, perlu benar2 berfikir secara kritis dan belajar lebih banyak lagi tentang elegi2.. karena di dalam elegi itu kita dapat berlatih membaca pikiran segala yang ada dan yang mungkin ada... - NOKA SETYA MAHARANIReply
PEND. MATEMATIKA
08301244013
Mengenal filsafat yang belum seberapa ini cukup membuka mata saya, untuk selalu berpikir di luar apa yang terkadang tidak kita pikirkan keberadaanya. Akan tetapi untuk mencapai itu semua masih sangat sulit bagi saya dan harus banyak mencari referensi, karena berfilsafat tanpa membaca bayak referensi saya pikir mustahil, bisapun bukan sebenar-benarnya berfilsafat. Jadi, benar jika ketika kita berniat untuk belajar berfilsafat kita pun harus belajar berpikir yang ada dan yang mungkin ada, bukan hanya pemikiran yang standar dan biasa saja, tapi mencoba untuk keluar dari kotaknya.
Terimakasii ^^ - Kelas P.Mat Sub 2008Reply
Elegi ini memberikan saya sebuah tambahan tentang bagaimana cara belajar, disini saya beranggapan bahwa belajar yang dimaksud adalah dengan berusaha untuk mendefinisikan suatu hal dengan berusaha mendefinisikan segala yang mungkin. Tidak cuma dengan mendefinisikannya saja, tetapi juga mendalami segala kemungkinan karakteristik yang mungkin ada. - Mendidik bukan berarti mengajari namun mendidik itu merupakan seberapa jauh pendidk bisa memberikan kesempatan pada siswa untuk mengeksplore semua yang mereka ketahui tentang suatu hal sehingga mereka bisa memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada.Reply
- Dalam elegi ini, saya mendapat pelajaran yaitu bahwa kita mahasiswa sebagai calon guru harus mengetahui keadaan dan kondisi siswa dalam belajar. Kita harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Lebih banyak memberikan siswa kesempatan bereksplorasi dengan cara mereka sendiri sesuai kemampuannya, agar mereka tidak merasa ditekan dalam belajar. Berbicara sesunggughnya alat komunikasi yang mudah dimengerti oleh kebanyakan orang dan kunci dalam bersosialisasi di dalam kehidupan bermasyarakat.Reply
- NAMA : TUTIK SHAHIDAYANTIReply
NIM : 08301244031
PRODI : PEND. MATEMATIKA “ SWA ’08”
Assalamualaikum Wr. Wb,
Pertanyaanku adalah ilmuku... Filsafat adalah olah pikir yang meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Dan berpikir filsafat itu dilakukan dalam proses yang terus menerus dan tidak akan bisa berhenti.
Maka olahlah pikiran secara terus menerus agar muncul pertanyaan-pertanyaan.
Wassalamualaikum Wr. Wb. - dari elegi ini terlihat bahwa sesuatu itu pastilah ada yang mendahului sebelum terciptanya sesuatu itu. Ada yang awal dari semua penciptaan. Adanya permulaan tersebut barulah muncul ciptaan-ciptaan yang lain begitu seterusnya.Reply
- Ass...Reply
Setelah membaca elegi ini, saya dapat menyimpulkan bahwa kata-kata, bicara, tulisan dan bahasa itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sebab kata-kata, bicara, tulisan, dan bahasa merupakan pondasi bagi semua hal terutama filsafat. Sebab dalam berfilsafat kita memerulan kata-kata, bicara, tulisan dan bahasa untuk dapat mengungkapkan tentang ada dan yang mungkin ada di dunia ini. - Semua yang ada dan yang mungkin ada menjadi objek kajian dari filsafat. Mari kita bersama-sama belajar memahami pikiran para filsuf dengan cara berfilsafat. Belajar memperbahasakan, menuliskan, mengatakan, semua yang ada dan yang mungkin ada. Sebenar-benar ilmu adalah saat kita senantiasa bertanya dan bertanya apa, mengapa, untuk apa sehingga dari situlah kita akan berfilsafat.Reply
- berfilsafat adalah memberi kesempatan untuk membicarakan, mengatakan, menuliskan dan membahasakan segala yang ada dan yang mungkin ada.Reply
- yang dapat saya petik dari elegi ini, bahwasannya seorang guru hendaknya memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswanya untuk berkreasi, akan tetapi guru tersebut harus tetap mengawasinya...Reply
susah termasuk didalamnya memberi kesempatan siswa untuk bicara mengungkapkan pendapat mereka masing2... - Assalamu’alaikum wr. wb.Reply
Dalam hidup, kita tidak akan berhenti berbahasa, terjemah, dan menerjemahkan. Namun, berbahasa, terjemah dan menerjemahkan juga perlu dilakukan dengan benar dan dalam lingkup yang luas, di situlah peran pendidikan. Menurut saya, metode elegi ini baik untuk meningkatkan keaktifan mahasiswa mempertuliskan pemahamannya. - batas dari tulisan adalah kata - kata, batas dari kata - kata adalah pikiran, dan batas dari pikiran hati. dan kita diberikan kesempatan seluas - luasnya untuk menterjemahkan hal yang ada dan yang mungkin. kesempatan ini yang harus nya dimiliki oleh semua peserta didik dari SD sampai pergeruan tinggi. belajar untuk menggunakan kesempatandengan seluas-luasnya.Reply
- oktaviana Dwi MReply
08301244002
P.mat swa 08
"memberi kesempatan dan kemampuan kepada siswa-siswamu untuk memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua matematika yang ada dan yang mungkin ada"
kalimat ini adalah kalimat yang begitu menarik perhatian saya, karena seluruh bahasa,tulisan dan kata-kata didunia ini adalah proses agar seseorang mampu untuk berkata,berbicara,menulis dan pada akhirnya ia mampu memperbahasakan semuanya dengan cara mereka. - Assalamu’alaikum...Reply
Setelah membaca elegi ini saya sadar ternyata kita hidup didunia ini tidak akan pernah lepas dari kata, bicara, tulisan dan bahasa untuk merepresentasikan tentang segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dalam dirikita....
Oleh karena itu bicara sangat dibutuhkan dalam pembelajaran matematika agar siswa tidak merasa bahwa matematika pelajaran yang abstrak, maka dengan bicara kita akan membuat siswa yang akan berbicara mengenai matematika... - Siti RahayuReply
08301244055
Pend. Matematika Swa ‘08
Assalamu’alaikum….
Dalam kuliah filsafat ini pak Marsigit membimbing siswanya dengan tidak memaksakan kehendak pak Marsigit kepada anak didiknya melainkan anak didiknya diberikan kesempatan untuk memperkatakan, membicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada, jadi bisa membangun pikirannya sendiri dengan bebas dalam ruang dan waktu. Hal ini dilakukan pak Marsigit dengan harapan kalau nantinya kita sudah menjadi guru, kita dapat menerapakan metode yang sudah pak Marsigit terapkan pada kita. Semoga kita bisa menjadi guru teladan nantinya..amin….
Wassalamu’alaikum,,, - kadang apa yang kita pikirkan belum tentu bisa kita bicarakan, dan apa yang kita bicarakan belum tentu bisa kita tuliskan.Reply
- HERU SUKOCOReply
11709251019
PPs UNY P. Mat 2011 Kelas B
Saya dapat menyimpulkan bahwa di depan tulisan ada kata-kata, di depan kata-kata ada bicara. Tulisan, kata-kata, dan bicara adalah bahasa. Seberapa tinggi dimensi kita bergantung dari seberapa besar ikhtiar kita untuk mendengarkan pembicaraan dari yang ada dan mungkin ada lalu memperbincangkannya dengan bahasa yang mudah dipahami oleh orang lain. Bahasa hidup adalah berfilsafat yaitu membangun hidup. Dalam konteks apapun nantinya, kita akan berusaha memberi kesempatan dan kemampuan untuk memperkatakan, memperbicarakan, mempertuliskan, dan memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada. - NURINA HAPPYReply
11709251047
PMAT B PPS UNY
Andai kita dapat memahami bahasa-bahasa dari semua obyek yang ada dan yang mungkin ada mungkin kehidupan di dunia ini akan lebih harmoni. Manusia akan lebih bijak memperlakukan alam yang selama ini telah berbicara melalui gempa, tanah longsor, banjir, dsb. Pemimpin-pemimpin di seluruh negeri lebih bijak dalam mensejahterakan rakyat yang sedang dipimpinnya maka tiada lagi perang saudara, kelaparan, kemiskinan, demonstrasi membabibuta, korupsi, dsb. Guru akan lebih banyak memberi kesempatan kepada siswa-siswanya untuk mendapatkan ilmunya dan dunianya dalam belajar maka tidak ada lagi perdebatan sengit tentang UN yang tiada habisnya, tidak ada lagi kasus contek masal, siswa tidak naek kelas, putus sekolah, dsb. Sayangnya pikiran-pikiran yang menjadi batas dari bahasa-bahasa tersebut terlalu terbatas untuk dapat memahami fenomena-fenomena yang ada yang mungkin ada. - Muhammad Istiqlal (S2 Pmat C)Reply
11709251041
bicara itu adalah awal dan akhir. awal dari kata-kata dan akhir dari kata-kata juga. bicara memiliki dimensi lebih tinggi dari kata-kata,. dimensi yang lebih tingggi dari bicara adalah bahasa. sedangkan dimensi bicara dan tulisan adalah sama. jadi bahasa, bicara dan tulisan, dan kata-kata akan selalu berurutan. bahasa akan mendahului bicara, dan bicara akan mendahului kata-kata. - Bicara, salah satu harga diri seseorang tercermin dari setiap usahanya dalam menjaga pembicaraan yang dilakukan dengan kata-kata. Pembicaraan seseorang bisa menyakitkan orang lain bisa juga menyenangkan, itulah adanya pilihan setiap insan dengan setiap kata yanng ia keluarkan detik demi detik...akhirnya jagalah perkataan, jagalah kata, unutk kebaikan diri, kebaikan semua...Reply
- ERNI GUSTIEN VIRGIANTIReply
Elegi menggapai bicara
PPS UNY 2011 PMAT A(11709251046).
Bicara adalah mengungkapkan kata-kata yang kemudian ditulis dan dibahasa. Semuanya saling berhungan dan menguatkan. Saat semua yang ada hanya sebatas kata-kata maka akan mudah dilupakan, jika kata-kata itu dibicarakan maka kesan yang ada hanyalah sebuah wacana, saat kata-kata dan yang dibicarakan dituliskan akan menjadi sesuatu yang menguatkan dan saat apa yang dituliskan dibahasakan dengan baik maksud akan tersampaikan dengan baik pula. Jadi keempatnya sangatlah dibutuhkan dalam mendidik karena merupakan sarana untuk menyampaikan gagasan ide, pendapat dll. - Komentar elegi menggapai bicaraReply
M. Syawahid
NIM : 11709251032
Pps UNY Pend. MTK kelas C 2011
Berbicaralah sebelum bicara itu dilarang. Sebenar-benar berfilsafat adalah membicarakan semua yang ada dan yang mungkin ada. Maka dengan berbicara kita sesungguhnya telah berfilsafat. Berbicara terkait dengan yang ada dan yang mungkin ada. Berbicara bisa dimana saja kapan saja dan dengan bagaimana saja. Karena berbicara adalah apa yang kita pikirkan. - Refleksi Oleh :P.Mat(A) 11709251011.PPS UNY 2011Reply
Hakekat dari bicara adalah memperbincangkan, memperkatakan, mempertuliskan, memperbahasakan semua yang ada dan yang mungkin ada.Sebagai contoh dalam matematika maka bicara matematika adalah memperbincangkan, memperkatakan, mempertuliskan, memperbahasakan semua matematika yang ada dan yang mungkin ada.Dan inilah sebenar-benarnya berfilsafat. - Assalamu’alaikum Guru Pikiranku,Reply
Elegi ini mengajarkan kita untuk tawadlu (rendah hati, sabar). Kita perlu banyak memahami karakteristik siswa-siswa kita, ada baru sebatas membaca-baca, ada yang sudah memahami bacaan itu dan menulis ulang, ada yang menulis ulang dengan bahasanya sendiri, ada yang sudah bisa menjelaskan yang dipahaminya itu lewat tulisan, ada yang bisa menjelaskan lewat bahasa sekaligus menanyakan hal-hal yang belum jelas. Rasanya kita akan menjadi guru yang bijak jikalau kita memahami karakteristik siswanya. Yang jelas yang paling diinginkan guru adalah siswanya itu bisa menuliskan, membahasakan, memperbincangkan (mendiskusikan) dari apa yang dipahami, karena hal itu menandakan siswa itu hidup. Selamat berjuang wahai guru, semoga selalu diberi kecerdasan dan kesabaran dalam mendidik siswanya. Amin. - Satriawan PM A (11709251035)Reply
Di atas langit masih ada langit yang lebih tinggi. Antara kata-kata, bicara, tulisan dan bahasa merupakan satu-kesatuan yang saling berkaitan. Oleh karena itu tidaklah seharusnya diantara keempatnya merasa lebih unggul dari yang lainnya. Empat hal itulah yang menjelaskan suatu ilmu baik yang ada dan yang mungkin ada. Ilmu merupakan kumpulan dari penjelasan kata-kata yang ditulis dan diperbincangkan dalam berbagai ragam bahasa yang dapat difahami. Ketika hanya menggunakan salah satunya saja maka belum lengkaplah ilmu dan bahkan bisa jadi tak dapat difahami. Demikian juga kita sebagai manusia yang merupakan ciptaan Allah yang sempurna, tdiak akan mampu menjalani hidup ini dengan baik tanpa kontribusi dari ciptaan Allah yang lainnya. Oleh karena itu tidaklah pantas ada perasaan sombong dalam diri kita. - Ummi Aisyah 11709251049 PMAT A PPS UNY 2011Reply
Assalamu’alaikum
Guru yang baik dan mulia adalah guru yang memahami ruang waktunya dimana dan dengan siapa sedang berbicara. Mampu memposisikan dirinya sebagai orangtua, sebagai sahabat yang selalu siap menampung inspirasi, dan mampu memberikan solusi yang baik. Mari kita tingkatkan kualitis diri supaya kita memiliki ilmu yang cukup untuk mengantarkan anak – anak kita menggapai cita – citanya. - Muhamad Farhan (11709251034) PMAT CReply
memposisikan diri terhadap tutur kata, bahasa, adalah hal yang mesti didahulukan ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, mendefinisikan lawan bicara dengan definisi yang sesuai dengan kadar pemahamannya. seorang guru hendaklah mampu berkomunikasi dengan siswanya dengan sebaik-baik komunikasi yakni komunikasi yang tidak memiliki makna dan penafsiran ganda oleh siswa-siswanya.
student center adalah pembelajaran yang paling diutamakan dalam proses pembelajaran didalam kelas, siswa diberikan keluasan untuk berpendapat, berpikir, bereksplorasi dengan matematika, mendefiniskan matematika dan lain sebagainya, yang akan menambah kompetensi dan sikap menghargai matematika oleh siswa, yang tentunya di atas pengawasan guru.
semoga kita sadar dan selalu mawas diri.. aamiin - Berbicara merupakan salah satu cara manusia menyampaikan pesan kepada orang lain. Tentunya dengan harapan pesan itu sampai dan dapat difahami serta mendapat respon baik.
Sebagai guru matematika kita harapannya bisa membicarakan matematika dengan cara bicara siswa. Barangkali dengan cara memberi kesempatan siswa berbicara matematika maka matemaika tumbuh dari diri siswa sendiri.
Terimakasih Bapak atas elegi-eleginya
Semoga kecerdasan menyertai pikiran dan hatiku dan semua teman-teman. Amin.
di dalam elegi-elegi yang telah hadir sangatlah memberikan kesempatan-kesempatan kepada mahasiswa untuk menyuarakan semua yang ada di pikiran ataupun hati di dalam sebuah deretan kata-kata. betapa bersyukurnya akan kesempatan yang diberkan kepada saya sebagai seorang mahasiswa dengan hadirnya elegi ini.
Dan, bagaimanakah benar-benar berbicara degan orang yang asing? Bagaimanakah cara bisa menyuarakan suara hati untuk orang yang asing?
Bagaimanakah cara efektif sebagai seorang calon guru untuk benar-benar memberikan pembelajaran matematika kepada siswa di kelas?
Bagimanakah untuk mengetahui ketergapaian berbicara kepada siswa-siswa?
Terima kasih
Tri Dessy Damayanti
06301244061