Elegi Pengembaraan Orang Tua Berambut Putih

Oleh Marsigit

Kini aku merasa sudah saatnya aku mengembara. Supaya pengembaraanku bermakna, maka aku akan bertanya kepada para saksi. Tetapi sebelum aku bertanya kepada saksi-saksi terlebih aku ingin sampaikan bahwa sebenar-benar sebenar-benar saksi tidak lain tidak bukan adalah aku sendiri. Aku ingin mengaku bahwa aku mengetahui segala sesuatu, tetapi jika mereka bertanya kepadaku maka dengan serta merta aku tidak mengetahuinya. Mengapa? Karena sebenar-benar diriku adalah pertanyaan mereka. Bagaimana mungkin aku mengerti tentang pertanyaanku sendiri? Maka sebodoh-bodoh orang adalah diriku ini, karena aku selalu bertanya tentang segala hal, tetapi aku selalu tidak dapat menjelaskannya. Tetapi bukankah mengerti bahwa aku tidak dapat menjawab itu pertanda bahwa tidak tidak mengerti. Maka dapat aku katakan bahwa sebenar-benar diriku adalah tidak tidak mengerti. Hendaknya jangan terkejut bahwa tidak tidak mengerti itu sebenarnya adalah mengerti pula. Maka bukanlah aku yang ingin mengatakan, tetapi mereka yang boleh mengatakan bahwa aku selalu mengerti tentang pertanyaanku itu. Bukankah di sini mereka tahu bahwa sebenar-benar diriku adalah kontradiksi, karena aku sekaligus mengerti dan tidak mengerti. Itulah sebenar-benar ilmu, yaitu kontradiktif. Tetapi janganlah salah paham, kontradiksi itu adalah ilmu, tempat tinggalnya ada dalam pikiranmu.



Orang tua berambut putih berjumpa Socrates, Plato, Aristoteles, George Berkely, Rene Descartes, dan Immanuel Kant.
Wahai Socrates, Plato, Aristoteles, Rene Descartes, David Hume dan Immanuel Kant, ..., bolehka aku bertanya kepadamu. Menurut kesaksianmu, siapakah sebenar-benar dirimu dan sebenar-benar diriku?

Socrates:
Wahai orang tua berambut putih. Sebenar-benar diriku adalah pertanyaanku. Maka aku akan bertanya kepada siapapun tentang segala hal yang aku sukai. Sedangkan sebenar-benar dirimu adalah diriku juga. Maka sebenar-benar dirimu tidak lain adalah pertanyaanku juga pertanyaanmu. Jawaban para pakar dan para ahli itulah sebenar-benar tempat tinggalmu. Itulah sebenar-benar ilmu yaitu pertanyaanmu.

Plato:
Sebenar-benar dirimu adalah pikiranku. Sebenar-benar dirimu adalah imajinasiku. Tidak aku panggil, engkau sudah ada dalam pikiranku. Maka dirimu yang absolut itulah yang selalu aku pikirkan. Semuanya tentang dirimu sudah ada dalam pikiranku. Hanya terkadang aku sulit mengenalimu. Tetapi aku sadar, bahwa banyak orang mencoba mirip-mirip dengan mu. Itulah mereka yang dapat aku lihat dan dapat aku raba. Mereka jumlahnya sangat banyak. Tetapi mereka semuanya bersifat sementara. Maka sebenar-benar dirimu adalah ide-ide ku. Tempat tinggalmu ada dalam pikiranku. Tetapi aku selalu mengkhawatirkanmu, karena dalam pikiranku selalu ada lubang gelap seperti gua. Gua-gua seperti itulah yang menyebabkan aku sulit mengenalmu. Aku juga mengkhawatirkan akan badanku, karena badanku inilah penyebab munculnya gua-gua itu. Maka sebenar-benar dirimu adalah hamba yang terlepas dari penjara badanku. Maka sebenar-benar dirimu adalah pikiranku yang berada di luar gua kegelapanku dan terbebas dari badanku. Itulah sebenar-benar ilmu, tidak lain tidak bukan adalah pikiranku. Tetapi aku mengalami kesulitan untuk menjelaskan kepada orang-orang tentang tempat tinggalmu itu.

Aristoteles:
Aku agak berbeda dengan guruku Plato. Menurutku, sebenar-benar dirimu adalah adalah pengalamanku. Maka tempat tinggalmu adalah pada pengalamanku. Begitu aku menggapai pengalamanku maka dengan serta merta muncullah dirimu itu. Maka menurutku, sebenar-benar dirimu adalah yang dapat aku lihat, aku raba, dan aku indera. Maka sebenar-benar dirimu adalah diluar diriku. Padahal aku tahu bahwa dirimu adalah diriku. Maka aku tidak lain tidak bukan adalah sekaligus bukan aku. Mengapa? Karena aku mengalami kesulitan memahami engkau yang berada diluar diriku. Dan juga mengalami kesulitan bagaimana aku dapat menjelaskan kepada orang-orang bahwa engkau yang berada di luar diriku itu sebenar-benarnya adalah diriku.

George Berkely:
Menurutku, engkau adalah yang aku lihat atau aku persepsi. Jikalau engkau tidak adalah di situ, maka tidak adalah sebenar-benarnya engkau itu. Esse est percipi itulah kata-kataku. Maka sebenar-benar engkau adalah tipuanmu belaka. Engkau adalah fatamorgana. Maka sebenar-benar engkau yang adapat aku lihat adalah tipuan juga. Jadi apalah artnya sesuatu yang dapat engkau lihat itu, kecuali hanya tipuan belaka. Maka dunia ini tidak lain tidak bukan adalah tipuan belaka. Itulah sebenar-benar dirimu itu. Padahal aku tahu bahwa dirimu adalah diriku juga, maka sebenar-benar ilmu itu tidak lain tidak bukan adalah tipuan butamu.

Rene Descartes:
Menurutku, sebenar-benar dirimu adalah mimpiku. Tiadalah aku dapat menemukanmu tanpa mimpi-mimpi itu. Bagiku mimpi adalah nyata. Dan yang nyata bisa juga menjadi mimpiku. Maka sebenar-benar diriku adalah tidak dapat membedakan apakah kenyataan atau mimpiku. Namun aku selalu risau karena jika aku ingin berjumpa denganmu aku selalu dihadang makhluk hitam yang akan menyesatkanku, sehingga aku selalu salah mengertimu. Maka selalulah terjadi bahwa aku selalu meragukan keberadaanmu. Maka sebenar-benar dirimu adalah keraguanku itu sendiri. Itulah sebenar-benar ilmu, yaitu keraguanmu. Aku meragukan semuanya tanpa kecuali. Hanyalah ada satu yang tidak dapat aku ragukan yaitu diriku sendiri yang meragukan itu. Itulah satu-satunya kepastian bagiku. Cogito ergosum itulah kata-kataku, yaitu bahwa diriku itu ada karena aku tahu sedang meragukannya. Bukankah itu sebenar-benar dirimu. Maka sebenar-benar keberadaanku adalah diriku yang berpikir ini.

Immanuel Kant:
Menurutku engkau adalah pikiranku sekaligus pengalamanku. Tiadalah dirimu itu ada di situ tanpa pikiranku atau tanpa pengalamanku. Sedangkan tempat tinggalmu adalah di dalam intuisiku. Ketahuilah bahwa aku mempunyai dua intuisi yaitu intuisi ruang dan intuisi waktu. Itulah sebenar-benar tempat tinggalmu. Tetapi untuk mengerti tentang dirimu aku harus bersifat kritis. Maka sebanar-benar dirimu adalah pikiranku yang kritis. Itulah sebenar-benar ilmu, tidak lain tidak bukan adalah pikiran kritismu. Namun ketahui pula bahwa tidaklah mudah menggapai dirimu. Ketika engkau kukejar dengan pikiran kritisku, maka engkau lari menuju keputusanmu. Itulah setinggi-tinggi tempat tinggalmu, yaitu pada keputusanku. Maka sebenar-benar ilmu tidak lain tidak bukan adalah keputusanmu.

Orang tua berambut putih tidak puas dengan jawaban Socrates, Plato, Aristoteles, George Berkely, Rene Descartes, dan Immanuel Kant.
Ah, ngacau semua mereka itu. Jawaban mereka sesuai selera masing-masing. Maka belum puaslah diriku alan jawaban mereka semua. Tetapi aku sadar bahwa aku sedang berada pada jaman jauh sebelum diriku sekarang. Padahal aku belum sempat bertanya kepada orang sekarang yang berseliweran didepanku. Maka aku berjanji akan meneruskan perjalananku untuk bertanya siapa sebenarnya diriku itu?

Orang tua berambut putih bertemu Hegel, Brouwer, Russell, Wittgenstein, Hilbert, Godel, Husserll, Einstein, Lakatos dan Ernest
Wahai Hegel, Brouwer, Russell, Wittgenstein, Hilbert, Godel, Husserll, Einstein, Lakatos dan Ernest, ..bolehkah aku bertanya kepadamu. Menurut kesaksianmu, siapakah sebenar-benar dirimu dan sebenar-benar diriku itu?

Hegel:
Sebenar-benar dirimu adalah riwayatku. Padahal hidupku telah melampuai masa laluku, dan sedang mengalami waktu kiniku dan bersiap-siap untuk menempuh masa depanku. Itulah sebenar-benar dirimu, adalah sejarah bagimu. Maka akupun tidak lain tidak bukan adalah sejarah itu sendiri. Jadi sebenar-benar ilmu adalah sejarah dirimu. Hidupmu adalah sejarah diriku. Diriku adalah sejarah dunia ini. Maka sebenar-benar dunia adalah mensejarah. Ketahuilah bahwa tiadalah ada di dunia ini beserta wadah dan isinya yang tidak mensejarah. Make tersesatlah wahai orang-orang yang melupakan akan sejarahnya.

Brouwer:
Sebenar-benar dirimu adalah intuisiku. Namun hendaknya engkau ketahui bahwa intuisiku bersifat ganda. Maksudnya adalah jika aku memikirkanmu yang satu maka aku masih dapat mengingat engkau yang lain. Demikianlah seterusnya. Itulah sebenar-benar ilmuku. Yaitu intuisiku yang bersifat ganda.

Russell:
Sebenar-benar dirimu adalah logikaku. Hukum sebab-akibat dalam koherensi itulah sebenar-benar dirimu itu. Dirimu adalah konsistensi logikaku. Dirimu adalah kepastian pikiranku. Dirimu adalah kejelasan pikiranku. Maka sebenar-benar dirimu adalah premis-premis dan kesimpulan yang bersifat rigor. Tiadalah ada dirimu di situ jikalau engkau menyalahi hukum-hukumnya. Tetapi ternyata aku mempunyai musuh yang maha besar yang siap menerkam diriku. Yaitu ketika aku tidak bisa menjawab apakah engkau yang tidak sama dengan engkau itu termasuk anggota dari kumpulan engkau.

Wittgenstein:
Sebenar-benar dirimu adalah kata-kataku. Maka sebenar-benar ilmu itu adalah kata-kata. Kata-kata dan bahasa itulah rumahku. Maka engkau yang besar dapat aku lihat sebagai kumpulan engkau yang kecil-kecil. Engkau yang besar adalah gabungan engkau yang kecil-kecil. Demikianlah sifat kata-kata dan kalimat-kalimat dalam bahasa. Maka barang siapa tidak dapat mengucapkan kata-katanya, maka dia terncam kehilangan ilmunya.

Hilbert:

Sebenar-benar dirimu adalah sistimku. Sebenar-benar dirimu adalah formalitasku. Maka sistimku yang tersusun secara formal itulah sebenar-benar engkau. Itulah engkau yang mampu menaungi semuanya tanpa kecuali. Engkau yang satu adalah tujuanku. Maka tiadalah ilmu yang lain kecuali engkau yang satu itu. Engkau yang satu itulah konsistensi dan kelengkapanmu. Maka sebenar-benar ilmu adalah satu, konsisten dan lengkap. Tetapi aku bermimpi akan ada seseorang muridku yang membalikkan pikiranku ini. Tetapi entahlah.

Godel:
Sebenar-benar dirimu adalah pilihanmu. Engkau tingal memilih salah satu. Jika engkau memilih konsisten, maka tidak akan lengkapkah engkau itu. Jika engkau memilih kelengkapan, maka tidak akanlah engkau itu konsisten. Untuk itu aku berani mempertaruhkan segalanya di depan guruku Hilbert bahwa pernyataanku itu memang benar demikianlah.

Husserll:

Sebenar benar dirimu adalah hanya sebagian dari diriku. Engkau tidak akan mengerti akan dirimu jika engkau berusaha menggapai semuanya. Maka sebenar-benar ilmu adalah phenonemologi, yaitu sebagian darimu yang aku sembunyikan yang lainnya di dalam rumah epoche. Jika aku berpikir tentang satu maka aku singkirkan yang lainnya. Aku bersihkan pikiranku dari memikirkan yang lainnya. Jika aku memikirkan engkau sebagai kubus matematika, maka aku singkirkan semua sifat-sifat yang tidak aku kehendaki. Bukankah ketika aku memikirkan kubus matematika aku tidak perlu memikirkan aroma, aku tidak perlu memikirkan harga jual, aku tidak perlu memikirkan keindahan. Itu semua aku simpan dalam rumah epoche. Sedang yang aku pikirkan hanyalah ukuran dan bentuk dari kubus itu. Itulah sebenar-benar ilmu, yaitu satu atau beberapa sifat dari dirimu yang aku pilih untuk aku pikirkan.

Einstein:

Sebenar-benar dirimu adalah ketidak pastianmu. Tetapi hendahlah engkau ingat bahwa ketidak pastianmu itulah sebenar-benar kepastian. Maka relativisme itulah kata-kataku. Aku tidak pernah pasti dapat menentukan dirimu. Namun, itu juga kepastianku. Aku memastikan bahwa aku dalam keadaan berhenti ketika aku bersama-sama berjalan denganmu. Tetapi aku juga dapat memastikan bahwa aku dalam keadaan berjalan ketika aku bersama-sama berhenti dengan mu. Ketinggianmu adalah sekaligus tempat paling rendahmu, demikian sebaliknya. Kecepatan dan masa itulah kunci untuk mengetahui tempat tinggalku. Maka e=mc2 itulah sebenar-benar diriku. Maka sesungguh-sungguhnya ilmu adalah relativitasmu.

Lakatos:
Sebenar-benar dirimu adalah kesalahanku. Ketahuilah bahwa tiada benar tanpa mengerti kesalahan. Maka sebenar-benar ilmu adalah kesalahan itu sendiri. Maka fallibism itulah kata-kataku. Maka jika engkau ingin menggapai benar, maka tidaklah engkau bisa terhindar dari kesalahan. Ketahuilah bahwa menghindari yang salah bukan satu-satunya jalan menuju yang benar. Sedangkan menggapai yang benar tidak berarti menghindari yang salah. Maka sebenar-benar dirimu adalah kesalahanku itu. Maka sebenar-benar tempat tinggalmu adalah di antara yang benar dan salah.

Ernest:
Sebenar-benar dirimu adalah pergaulanmu. Maka tiadalah dirimu itu tanpa pergaulanmu. Itulah sebenar-benar ilmu, yaitu pergaulan itu sendiri. Maka selalu bergaullah antar sesamamu agar engkau memperoleh ilmumu. Itulah sebenar-benar ilmu, yaitu perolehanmu dalam pergaulanmu. Maka socio-constructivist adalah kata-kataku. Yaitu bahwa ilmumu kamu peroleh melalui pergaulanmu.

Orang tua berambut putih ternyata belum puas dengan jawaban Hegel, Brouwer, Russell, Wittgenstein, Hilbert, Godel, Husserll, Lakatos dan Ernest
Ah, ngacau semua mereka itu. Jawaban mereka sesuai selera masing-masing. Maka belum puaslah diriku akan jawaban mereka semua. Tetapi aku sadar bahwa aku sedang berada perjalananku. Tetapi aku ragu apakah aku mampu memikirkan masa depanku?

Orang tua berambut putih bertemu dengan Teleologi
Wahai seseorang, siapakah dirimu itu. Rasa-rasanya aku pernah melihatmu, tetapi tidaklah begitu jelas. Rasa-rasanya aku pernah pergi bersamamu tetapi aku lupa kemana ketika itu. Rasa-rasanya aku pernah berdiskusi denganmu, tetapi aku lupa tentang apa yang kita diskusikan ketika itu.

Teleologi:
Kenalkanlah namaku adalah teleologi. Aku adalah adalah seorang pembantu. Engkau ingatlah seseorang yang bernama Immanuel Kant. Itulah sebenar-benar tuanku. Aku disuruh oleh Immanuel Kant untuk menemuimu. Mengapa? Karena Immanuel Kant mendengar pertanyaan dan kegelisahan dirimu tentang masa depanmu.

Orang tua berambut putih:

Menurut pengetahuanku, Immanuel Kant mempunyai banyak sekali pembantu. Maka tolong jelaskanlah engkau siapa sebenarnya.

Teleologi:

Aku adalah masa depan. Aku berangkat dari masa lampau. Aku adalah semuanya dalam dimensi ruang dan waktu.

Orang tua berambut putih:
Aku tidak jelas penjelasanmu itu. Tolong bicara yang agak rinci.

Teleologi:
Tiadalah sesuatu itu tidak berasal dari sesuatu yang lain. Tiadalah pula sesuatu itu tidak menjadi sesuatu yang lain. Benda sebesar bumi ini akan menjadi sebuah titik jika engkau melihatnya dari kejauhan. Maka sebaliknya, tidaklah engkau dapat menduga bahwa sebuah titik pun bisa menjadi bumi pada masa depannya. Garis sepanjang ini akan menjadi titik jika engkau melihatnya dari kejauhan. Maka sebaliknya, tidaklah engkau dapat menduga bahwa sebuah titik pun bisa menjadi garis pada masa depannya. Berdasarkan analogi tersebut maka aku mengkhawatirkanmu bahwa di masa depanmu engkau akan bisa berbentuk apa saja. Engkau bisa saja terbang seperti seekor burung jika seribu, sejuta, semilyard keturunanmu selalu menginginkan terbang dan beratih untuk terbang. Itulah sebenar-benar diriku. Itu pulalah sebenar-benar ilmuku dan juga ilmumu. Jadi sebenar-benar ilmu adalah diriku, yaitu teleologi.

146 comments:

  1. Untuk memberitahu pada orang lain apa yang sebenarnya ada pada diri kita membutuhkan keberanian tinggi. Terkadang apa yang dilihat orang lain bukan apa yang ada dalam diri kita.Terkadang kita menjadi seseorang yang naif.Untuk mengaku salah saja, tidak sembarang orang bisa melakukannya..”aku salah”, sebuah kata yang bisa menjadi momok dalam diri..
    Reply
  2. (PMB UNY 2009)

    Jika kita mendefinisikan ilmu tentulah pendapat orang berbeda-beda, tergantung dari mana mereka memandang sebuah ilmu itu.

    Dengan ilmu, seseorang dapat menciptakan sesuatu. Tentu saja ada teknologi di dalamnya.

    Ternyata banyak sekali tokoh-tokoh yang bapak sebutkan, mungkin itu belum semuanya dan ada beberapa tokoh yang saya baru dengar namanya.

    Kesimpulan saya setelah membaca tulisan bapak, saya harus belajar lebih banyak karena ilmu saya masih minim sekali.

    Yang saya mau tanyakan, apa artinya Esse est percipi, kata-kata George Berkely ?
    Terima kasih.
    Reply
  3. Ibu Atik Maharani, esse est percipi artinya "yang ada yang tampak".
    Reply
  4. Salam tokoh

    Ungkapan para tokoh filsafat yang mengagumkan, Bapak bisa membahasnya kembali secara lugas dan terarah. Semula merasa kesulitan dalam mencerna isinya, tetapi akhirnya dapat menemukan kata-kata kunci dalam setiap ungkapan para tokoh.
    Terima kasih.
    Reply
  5. Wahai orang tua berambut putih
    Sebenar-benarnya dirimu adalah ilmuku
    Pertanyaan, imajinasi, pengalaman, mimpi, ilusi, dll adalah dirimu
    Dan tentunya dirimu adalah ilmu
    Tak usah kau risau akan dirimu
    Aku tak peduli akan apapun wujudmu
    Karena yang kutahu ketika aku membutuhkanmu
    Kau selalu ada untuk diriku
    Walau sering kutemui kontradiksi pada dirimu
    Tapi aku paham itulah ilmumu untukku
    Reply
  6. Rohmad Widiyanto
    LT A PPS UNY

    Bidang kerja filsafat adalah berfikir, merenung, dan berolah rasa. Merenung yang dimaksud bukanlah melamun, juga bukan berpikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan. Perenungan kefilsafatan ialah percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional, yang memadai untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita sendiri. Telaah filsafati yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya adalah sebuah bagian yang amat penting dalam menuntun manusia dalam membuat keputusan.
    Bertabur konsep dalam filsafat, beragam pula pengikut dan para ’suporternya’. Kenyataan ini hendaknya jangan sampai mengaburkan jalan menuju kebenaran hakiki, bukan pembenaran sepihak.
    Dalam dunia nyata kadang permasalahan kecil bisa menjadi amat kompleks pada perkembangannya. Konsep ’cogito ergo sum’-nya Deskartes telah tereduksi menjadi sebuah kekuatan negatif yang amat membahayakan. Telaah filsafati rupanya telah banyak dibelokkan ke jalan menuju ’pembenaran’ demi ’keselamatan’
    Wahai orang tua berambut putih, tolong wartakan betapa mulia Socrates (sebagai seorang hamba biasa, bukan nabi) namun dia memiliki hati yang amat mulia. Kebesaran dan ketabahan hatinya sangatlah luar biasa. Bagi dia, mati terhormat ternyata lebih dipilih daripada selamat dalam ketidakpantasan. Telah saatnya kau memasuki ranah fragmatig. Berikan konsep-konsepmu, falsafah hidupmu, sejarah hidupmu, dan kata-kata bijakmu pada para pemegang kebijakan negeri tercinta kita ini. Masukkan dirimu dalam konsep Adum, Sepama, Sepamen, dan berbagai macam diklat kepemimpinan, agar negeri ini bisa damai dan politik transaksional dapat dienyahkan dari bumi ini.
    Reformasi tak akan pernah bisa berjalan dengan baik jika landasannya terlepas dan tanpa konsep fisafat yang pasti. Layaknya modernitas di dunia barat.
    Reply
  7. Ass.....

    mengungkapkan sesuatu bukan lah hal yang mudah, misalnya kita mengungkapkan kesalahan kita pada orang lain, mengungkapkan perasaan cinta dan sayang pada orang lain dsb. hal ini dibutuhkan kebaranian.....

    wass.....
    Reply
  8. Asslm...

    Ilmu = pengetahuan, pengetahuan seseorang berbeda-beda.
    Kita harus banyak menimba ilmu dari mana saja kalau tidak ingin tertindas dan terbelenggu dalam ketidak tahuan kita.tapi kita juga harus bisa menyaring atau memilah ilmu yang kita dapat. karena tidak semua ilmu yang kita dapat itu baik menurut kita dan orang lain.
    Dan kita bisa menggunakan ilmu itu untuk hidup kita.
    AMIIIN..
    Reply
  9. keberadaan orang tanpa ilmu adalah mustahil…..setiap pekerjaan yang kita lakukan akan membutuhkan sebuah ilmu ayng diterapkan oleh kita.
    Sewajarnya ilmu menjadi kebutuhan bagi kita hingga saat ini yang akan terus berkembang hingga akhir zaman.
    pak apakah ilmu atau pengetahuan yang dahulu dalam persepsi kontradiktif seperti teori Darwin akan hilang atau bagaimana seharusnya kita menanggapi dan yang harus kita perbuat. padahal bahan ajar tersebut tetap ada untuk diajarkan.
    terimakasih.
    Reply
  10. Pengakuan merupakan bagian dari pengambilan keputusan. Namun, apakah pengakuan yang salah, pengambilan keputusan yang salah merupakan bagian tertinggi dalam berpikir?
    Reply
  11. Ass.
    Socrates, Plato, Aristoteles, Immanuel Kant, Hegel, dan para filsuf lainnnya. mereka berusaha mendefinisikan segala sesuatu yang mereka pikirkan.
    ilmu itu sebenar-benarnya adalah yang ada dalam pikiran kita dan yang mungkin ada adalah khayalan pikiran kita.
    Reply
  12. salam super pak....
    pemahaman saya,,orang tua berambut putih ini adalah orang yang ada dalam kesucian,,tapi dalam tulisan ini orang tua berambut putih adalah ilmu pengetahuan itu sendiri dan itulah naumena dari sebuah filsafat...
    Reply
  13. Setelah membaca elegi ini saya paham bahwa dalam mempelajari filsafat haruslah juga mmengetahui pendapat dari para filsuf seperti diuraikan di elegi bapak. Namun saya yakin masih banyak lagi pendapat dari filsuf-filsuf yang ada yang belum diuraikan. Ini semakin menyadarkan saya untuk semakin banyak membaca dalam mempelajari filsafat guna penyempurnaan hidup saya sendiri.
    Reply
  14. 09709251024 PMB

    Ass.

    Terima kasih Pak atas jawabannya.

    Wsl.
    Reply
  15. Dewi Fitrianing Lestari
    07301244011
    Pend Matematika SwaC'o7
    Rabu, jam 09.00-10.40
    kul filsafat matematika


    Barang siapa berfilsafat maka akan menjelaskan menuruk pikiran nya sendiri dan itu halal baginya. Syah-syah saja seseorang bahkan para tokoh filsafat berkata demikian namun kita jua perlu tahu kenapa mereka menjawab demikian. Sesungguhnya tiada lain tiada bukan jika kita berbicara diriku siapa berkacalah karena diri mu yang akan menjawap pertanyaan itu hati mu akan menjawab pertanyaan itu, bicara mu akan menjawab pertanyaan mu itu,,,,
    Jadi sesuatu yang ada pi hati mu pasti adalah sesuatu yang paling benar bagi mu...
    Itulah yang dapat saya simpulkan dari elegi pengakuan orang tua berambut putih,,,
    Reply
  16. Susi Dwi Lestari
    07301244049
    Pend Matematika Swa C
    Filsafat Pend Matematika
    Rabu jam 09.00

    Berdasarkan referensi yang saya baca, teleologi adalah teori atau ajaran bahwa semua kejadian (setiap gejala) terarah pada suatu tujuan. Suatu tindakan dikatakan baik jika tujuannya baik dan membawa akibat yang baik dan berguna. Dari sudut pandang “untuk siapa tujuannya”, teleologi dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Utilitarianisme, yaitu tindakan yang berguna dan membawa manfaat bagi semua pihak. 2) Egoisme Etis, yaitu tindakan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
    Lalu bagaimana dampak dari Egoisme Etis tersebut?
    Reply
  17. Annisa Nur Muliana
    07301244023
    P.Matematika Swa C
    Filsafat P.Matematika
    Rabu, pukul 09.00-10.40

    Persepsi pengetahuan menurut Socrates, Plato, Aristoteles, George Berkely, Rene Descartes, dan Immanuel Kant, Hegel, Brouwer, Russell, Wittgenstein, Hilbert, Godel, Husserll, Einstein, Lakatos dan Ernest berbeda-beda, tetapi pada hakekatnya sebenar-benar ilmu adalah teleology.
    Reply
  18. Agustyani Sari Ratna Dewi
    07301244053
    Pend. Mat Swa C
    Filsafat Pend. Matematika
    Rabu, 09.00-10.40

    Maap pak, saya masih bingung dengan maksud yang sebenarnya dari elegi tersebut. Maksudnya teologi itu sendiri apa? Apakah ilmu di masa lampau, sekarang dan masa depan? Mohon penjelasannya..Terimakasih..
    Reply
  19. Rika Restudyastuti
    P.Mat Swa C/ 07301244030/ Filsafat PM/ Ruang 304 jam 9

    Ass,
    Elegi ini mengandung nilai- nilai yan g penting dalam filsafat. Menurut saya, masing- masing teori dari beberapa ahli tersebut sama pentingnya dan sifatnya saling melengkapi. Belajar bisa dari semua yang ada dan yang mungkin ada. Bisa dari pengalaman masa lalu, kesalahan, mimpi dan impian- impian kita, persepsi kita terhadap segala hal meski terkadang timbul keraguan yang menjadi hambatan untuk melangkah ke depan.
    Saya juga sangat setuju jika ilmu adalah sebuah konsistensi. Orang yang tidak konsisten terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan sama saja orang yang tidak mampu menghargai dirinya sendiri. Namun, dalam pendapat Godel ada yang belum saya pahami betul. Mengapa konsistensi dan kelengkapan menjadi sebuah pilihan?apakah kedua hal tersebut tidak dapat berjalan beriringan dan saling melengkapi?
    Terima kasih.
    Reply
  20. Hengkang Bara Saputro
    Pendidikan Matematika Swa C 07
    07301244010
    Filsafat Pend Mat
    Rabu 09.00-1040

    Benar sekali Pak, kita memang tidak tepat apabila memandang segala sesuatu dari sabelah mata (parsial) namun harus memandangnya secara koheren…
    Saya teringan kuliah bapak, “gajahpun akan dikira hewan yang tipis/gepeng apabila dipegang seseorang dengan mata tertutup pada telinganya…” ini sebagai contoh bahwa sesuatu itu harus dipandang dari semua kemungkinan.
    Selain itu, saya juga mendapatkan ilmu dari elegy bapak bahwa segala sesuatu itu mungkin terjadi. Dulu sangat tidak mungkin bahwa manusia dapat terbang di langit, namun sekarang manusia mampu terbang dengan pesawat.
    “Engkau bisa saja terbang seperti seekor burung jika seribu, sejuta, semilyard keturunanmu selalu menginginkan terbang dan beratih untuk terbang.” Kata-kata ini akan menjadi motivasi saya, bahwa segala sesuatu itu mungkin terjadi apabila kita menginginkannya, berusaha, berdoa, dan memohon kepada-Nya….
    Reply
  21. dian krismayanti
    07301244018
    p. mat swa c
    rabu, 09.00-10.40, 304

    tiadalah suatu pendapat yang benar secara absolut. hanya kebenaran yang datang dari Tuhanlah yang absolut. setiap orang mempunyai kelemahan begitupun dalam berpikir, adanya saling melengkapi kekurangan yang dibutuhkan untuk mendekati kebenaran yang mendekati kesempurnaan.
    Reply
  22. Assalamu'alaikum
    Fajar Sadiq
    PSn Kalsel 2; 2010

    Teleologi:
    "Tiadalah sesuatu itu tidak berasal dari sesuatu yang lain"
    Hanya berlaku untuk yang bukan Qadim kan Pa?
    Reply
  23. Ass Bapak Fajar Sadiq betul anti-tesisnya. Saya setuju. Itulah terbukti ampuhnya peran Hati dalam mengontrol pikiran. Semoga ditemukan anti-tesis yang lainnya. Amin
    Reply
  24. Faujiah H, PMat2010
    Assalamualaikum WrWb

    Selamat pagi Pak Marsigit,
    Pengembaraan pengetahuanku ada di elegi mu
    Reply
  25. Ass Ibu Faujiah selamat dan teruskan pengembaraan pikiran Ibu di Elegi-elegi dengan pengendalian hati. Amin
    Reply
  26. ilmu dan hidup adalah ketidakpastian dan kerelatifan...
    Ilmu akan terus dipelajari, dikembangkan dan terkadang akan diubah karena dianggap salah...
    HIDUp adalah perjalanan waktu... Dan waktu adalah ketidakpastian yang besar...

    jika aq adalah mimpiku,imajinasiku,pengalamanku,perpsepsiku...
    apakah aq tidak perlu yang lain diluar diriku???
    Reply
  27. Ass Ibu Umi Fadilah, itulah bahwa sebenar-benar manusia adalah menggapai lengkap. Maka baca dan carilah Elegi Menggapai Reduksi dan Elegi Menggapai Lengkap. Amin
    Reply
  28. kuliah sabtu:13.00
    pengakuan memang begitu rumit untuk diungkapkan, terlebih pengakuan membutuhkan keberanian untuk mengungkapkanya dengan ikhlas. . untuk menggapai kelengkapan itu
    Reply
  29. muhammad syamsuri
    10708259022
    PSN KS 2010
    sabtu (13.00 - 15.20)

    menurut saya, dan ini benar menurut saya, sebenar-benar diriku adalah hatiku dan pikirku. dua hal yang berbeda tetapi ada dalam diriku. jika sejatinya diriku aku belah dan aku pisah, maka yang aku temukan adalah badanku, hatiku (sebenar-benar hakikat hati) dan pikirku. kadang aku berpikir bahwa diriku bukan diriku dan diriku memang bukan diriku, itu karena aku menggunakan pikirku. jika aku menggunakan jasadku, maka aku tidak menemukan siapa diriku, bahkan apakah diriku ini. jika aku menggunakan hatiku, maka aku mengetahui bahwa diriku tidak memiliki diriku, bahkan diriku tidak tahu siapa diriku. menurut saya manusia tidak akan mampu menyatukan ketiga hal ini keculai sudah mencapai "taraf" lebih tinggi. bagi manusia biasa seperti diriku, maka badan adalah badan, hati adalah hati dan pikir adalah pikir. saat hatiku menginginkan sesuatu tetapi pikirku tidak menginginkannya, maka aku tidak bisa menyatukan keduanya. bahkan saat jasadku dan hatiku menginginkan sesuatu, tetapi pikirku tidak menginginkannya maka aku tidak dapat melakukannya. ternyata saat ini, semua harus kembali kepada norma dan hukum yang ada, karena aku berada pada taraf manusia sebagai bagian dari manusia lainnya. sehingga identitas diriku yang sebenarnya harus takluk kepada identitas yang disandangkan orang lain kepada diriku. terima kasih..
    Reply
  30. fauzirahmankalsel2010October 3, 2010 11:25 AM
    Assalamu'alaikum.
    Sepertinya banyak hal yang harus dipahami dalam belajar filsafat. Mohon penjelasan atas kesimpulan dari elegi ini Pa, karena ada beberapa pernyataan yang belum puas saya pahami. Terima kasih.
    Reply
  31. sumarno
    Psn Kalsel
    kuliah jumat 15.40

    Aku,dirimu,diriku dan diri yang lain sebenarnya adalah satu karena semuanya bersumber pada yang satu. Ilmu, pengalamanku, pikiranku,pertanyaanku, persepsiku,mimpiku, riwayatku, instuisiku,logikaku, kataku, sistemku, pilihanku, kesalahanku, dan ketidakpastianku sebenarnya adalah juga satu karena semuanya bersumber pada yang satu yaitu hati, hati adalah jalan dari yang Maha Satu untuk meniupkan ilmunya
    Reply
  32. Ariyanti Jalal, S2 PMAT 2010
    Assalamualaikum, saya sangat tertarik dengan elegi Bapak tentang pengembaraan orang tua berambut putih ini karena memberi gambaran tentang bagaimana awal ilmu didapatkan oleh para filsuf dan ilmuwan kita. Dari kesaksian para filsuf dan ilmuwan memberikan saya kesimpulan bahwa : ilmu berawal dari melihat suatu hal yang kontradiktif yang terkadang pertentangan dengan pemikiran kita sehingga menimbulkan "tidak mengerti" akan hal tersebut. Dari "tidak mengerti" itu muncul pertanyaan-pertanyaan, persepsi dan imajinasi yang perlu dijelaskan sedalam-sedalamnya. Saya setuju bahwa ilmu adalah kontradiktif. Ini memberikan pemahaman kepada saya mengapa dalam Matematika membuktikan kebenaran suatu pernyataan dapat dubuktikan dengan kontradiksi dari pernyataan tersebut. Jika kontradiksinya benar maka benar pula pernyataan tersebut dan sebaliknya jika kontradiksinya salah maka salah pula pernyataan tersebut. Terima Kasih...
    Reply
  33. (Pmat B 2010)

    Aku tidak tahu dan aku ingin tahu, tapi setiap kali bertanya tidak kutemukan jawaban melainkan hanya pertanyaan lagi. Lebih baik aku tidak tahu dan tidak ingin tahu, tapi aku akan hidup sendiri. Setidaknya aku bertanya "adakah aku mengerti?"
    Reply
  34. kita itu sapa dan mau menjadi apa ke depannya sebanarnya berasal dari kita sendiri dan hanya kita yang dapat menentukan kemana langkah kita.
    Apa yang sudah terjadi pada kita dan yang akan terjadi di masa yang akan datang itu semua sudah menjadi pilihan kita.Jadi bertanggungjawabLah atas pilihan yang telah kita ambil
    Reply
  35. PMAT
    10709251013

    Assalamualaikum,

    Saya sangat senang dengan elegi bapak tentang riwayat dan sejarah. Setiap orang mempunyai riwayat,riwayat itu kadang kelam kadang terang, kadang duka kadang suka,kadang senang kadang benci yang terjadi di masa yang lampau,masa kini dan masa yang akan datang. kejadian masa yang lampau menjadi pedoman di masa yang akan datang.
    Wassalamualaikkum.....
    Reply
  36. dalam dunia sekolah, sering menemukan kondisi disaat siswa tidak terdapat suatu pertanyaan apapun,... apakah itu karena dia tidak mengerti diri mereka siapa atau katidaktahuan mereka akan suatu ilmu,..
    Reply
  37. matematika adalah ilmu dan tidak ilmu. ini lah kadang yang membuat sulit siswa untuk melakukan ketidak pastian ini, jelaskan matematika itu ilmu dan tidak ilmu, bagaimana dengan matematika yang konstektual, ilmu kah atau bukan. tetapi kontekstual itu selalu berubah sesuai ruang dan waktu. makasih
    Reply
  38. ada sisi menarik dari kisah penciptaan Nabi Adam Alaihis Salam,"kekurangsregan" para Malaikat terhadap rencana Allah Ta'ala menciptakan "makhluk baru" ini,konsideran yang melatarbelakangi penciptaan Nabi Adam,keistimewaan yang dimiliki Nabi Adam hingga beliau layak menyandang gelar "khalifah Allah", dan kepasrahan para Malaikat terhadap rencana Allah tersebut, dan terakhir sujud penghormatan para Malaikat kepada Nabi Adam.
    Tidak lama setelah menciptakan Nabi Adam, Allah memberikan kepada Nabi Adam sesuatu yang sangat istimewa yang sebelumnya tidak diberikan kepada makhluk-makhluk-Nya yang lain. Sesuatu yang tidak pernah diduga oleh para Malaikat. Sesuatu yang membuyarkan kekhawatiran-kekhawatiran yang diajukan para Malaikat. Itulah ILMU tentang segala sesuatu dan dengan ilmu itulah Nabi Adam mengungguli para Malaikat.
    Dari sekelumit kisah tentang Nabi Adam ini, kita dapat memetik pelajaran berharga, bahwa sesungguhnya kita mempunyai modal dasar kelebihan atas makhluk-makhluk lain dengan syarat modal tersebut dikelola dengan baik, dikembangkan, dan dijaga dengan baik. Betapa tidak, hal ini telah dibuktikan manusia pertama "Nabi Adam" di hadapan para Malaikat, hingga memaksa para Malaikat sujud hormat kepada beliau? itulah ilmu.
    Dengan ilmu inilah, kita tidak menjadi makhluk "telanjang" abadi seperti hewan, kita terlapisi keindahan pisik dan psikis, kita menjadi manusia-manusia bermutu, mampu bersaing dengan makhluk-makhluk lain, kita dapat mengungkap rahasia-rahasia dan pesan-pesan Allah yang ada dalam kitab-Nya dan di alam semesta, kita dapat menjadi hamba Allah yang termulia, kita dapat menjadi ummat yang berjaya atas ummat-ummat seperti proyeksi awal Allah menciptakan kita, dan sisi-sisi yang lain.
    semoga, amin.
    Reply
  39. asalamualaikum wr.wb...Bapak Lagi2 Bapak menuliskan sebuah elegi yg menurut sy sangat inspiratif..
    awalnya sy sukar utk memahami mata kuliah filsafat ilmu yg Bapak ampu tetapi setelah beberapa kali membaca elegi2 Bapak,sedikit banyak telah menimbulkan kesukaan akan filsafat..
    maka sebenar benarnya diriku adalah ketidak kemampuan ku Pak..
    tetapi kalau boleh sy bertanya siapakah orang tua berambut putih itu???
    karena begitu banyak makna hidup yg dia miliki Pak...
    semoga sy bisa memaknai hidup ini dengan bijak..
    Reply
  40. Ass
    @ Ibu Lella Tahlilla dan Ibu Retno ..amin
    @ Pak Amri, filsafat itu urusan orang dewasa. Kekacauan pikir orang dewasa adalah ilmu. Ekstensif dan Intensifnya berpikir orang Dewasa diharap mampu membawa bijak ketika berinteraksi dengan siswa. Tidaklah anak-anak mampu memikirkan semua pikiran orang dewasa. Itulah dimensi.Bahwa matematika bersifat kontradiksi itu adalah urusan orang dewasa. Sebenar-benar seseorang itu dewasa jika dia bisa berfilsafat. Sedangkan berfilsafat adalah merefleksikan pikirannya. Matematikawan itu adalah seorang peneliti. Sedangkan seorang siswa itu belajar mengerti aspek matematikanya dalam kehidupan sehari-hari. Amin
    Reply
  41. Nurel Amelya
    10708259016
    Pendidikan Sains Kalsel 2010

    Assalamu'alaikum...
    Socrates, Plato, Aristoteles, George Berkely, Rene Descartes, dan Immanuel Kant.Hegel, Brouwer, Russell, Wittgenstein, Hilbert, Godel, Husserll, Lakatos dan Ernest dan teleologi.

    Semua berpendapat beda akan diriku...

    pertanyaan saya :
    Apakah perbedaan itu dapat saya katakan diriku...?

    Tiadalah sesuatu itu tidak berasal dari sesuatu yang lain. Tiadalah pula sesuatu itu tidak menjadi sesuatu yang lain.

    Seperti harmoni saling berkait.
    Reply
  42. PSn Kal-Sel 2010
    KS2 Filsafat Ilmu
    Jum'at, 13.40 - 17.10

    Assalamualaikum.........
    Pythagoras Mengatakan
    Hendaklah kau hormati orang tuamu serta sanak-saudaramu.
    Hendaklah engkau tiada berbuat jahat, baik dimuka umum maupun dalam kamarmu sendiri.
    Jangan berlebih-lebihan dalam segala sesuatu.
    Betapa lelahpun kedua matamu, jangan biarkan tidur bisa memejamkannya, sebelum kau mengajukan tiga pertanyaan yang bersangkutan dengan tingkah lakumu sepanjang hari itu:
    Dalam hal apa aku telah berdosa? Apakah yang telah kulaksanakan? Apakah yang belum kusempurnakan?

    Pertanyaan saya: Bagaimana cara melaksanakannya pak???di saat hati kacau dan risau kita rasanya makin jauh dan sangat sulit mendekatkan diri pada Allah. thanks
    Reply
  43. Ass,
    @ Ibu Nurel, dunia itu lengkap dengan pikiran manusia, maka selama kita masih berada di dunia, tiadalah ada yang sama. Tetapi jika saya mengatakan tidak adalah yang sama, maka saya beru memikirkan separo dunia, karena separo dunia yang lain mengatakan tentulah pada hakekatnya segala sesuatu itu sama. Itulah filsafat, maka renungkanlah.
    @ Pak Tri Sutrisno, untuk urusan dunia dan akhirat ada ilmunya dan ada gurunya masing-masing. Amin
    Reply
  44. Isna Farida.Psn KalSel.2010
    Filsafat Ilmu:Sabtu Jam 13.00
    Salam hormat Pa Marsigit...
    membaca Elegi ini membuat saya merenung,...siapakah diriku ini? jika pengalamanku,harapanku ,motivasiku, bahkan apapun yang ada dalam benakku adalah ilmu yang mewarnai fikiranku,maka sekecil itulah ilmu yang kumiliki,dan aku mempunyai sepotong hati unutuk mengendalikan ilmuku agar bermanfaat bagi kehidupanku dan orang-orang disekitarku,,,
    ah...kadang kucoba mempersiapkan hatiku bagai bejana saja, agar yang kuasa mengisinya untuk hal-hal yang benar saja...tapi.berhadapan dengan dunia pendidikan yang semakin pelik ini..kembali aku ragu...mampukah aku?...
    Reply
  45. Ass.Wr.Wb.
    Teleologi : teori atau ajaran bahwa semua kejadian terarah pada suatu tujuan, ya
    lah Pa ?
    Reply
  46. Suhartini, S.Si Pendidikan Sains S2 ( Psn C)

    Kehidupan yang kita jalani saat ini sebenarnya mencari jati diri kita sendiri dan yang tidak akan pernah kita temukan pada diri kita sendiri, kita hidup di dunia ini sebenarnya harus mnjalin hubugan yang baik dengan siapapun. dan Hendaknya kita ini selalu mengoreksi diri kita sendiri sehingga kita tidak menjadi sombong.
    Reply
  47. 10709251022
    P Mat B
    Assalamualaikum ….
    Elegi bapak sungguh telah memberikan pencerahan kepada saya tentang hakekat ilmu. Tiada ilmu yang sempurna kecuali berasal dari Pemilik ilmu itu sendiri. Socrates (ilmu adalah suatu pertanyaan), Plato ( ilmu adalah pikiran dan imajinasi), Aristoteles (Ilmu adalah pengalaman) …. Semuanya adalah kerelatifan yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Tidak ada sesuatu yang mutlak, semuanya saling melengkapi. Sesuatu yang mutlak adalah milik Sang Pemilik Ilmu. Sang Pemilik Ilmu berfirman “ Tidaklah engkau (manusia) Ku beri ilmu kecuali hanya sedikit”. Ya Allah Ampunilah diriku atas segala kesombonganku, yang ku sadari atau yang tidak kusadari. Ya Allah Tuhan Pemilik Semua Ilmu, Curahkanlah Ilmu kepada diriku sebagai penerang Hati dan sebagai jalan untuk mendekat kepadaMu. Amien.
    Wassalamualikum….
    Reply
  48. Bismillah..
    Wallahu 'alam..
    Sebenar-benarnya diriku adalah diri-Mu..
    sebenar-benar dirimu bukanlah diriku..
    Kau gerakkan tanganku
    tanganku pun adalah milik-Mu
    Hanya Kau yang ada..
    hanya Kau yang nampak..
    Reply
  49. Liswijaya,Pendidikan sains C'2010
    Assaamualaikum....
    Sebenar-benar ilmu adalah yang ada dalam pikiranku.Oleh karena itu untuk menggapai ilmu dibutuhkan suatu keberanian.Kita bisa memperoleh ilmu dari mana saja asalkan kita selalu berusaha dan berdoa.
    Reply
  50. NORHAYAH KAMALI
    SAINS KAL SEL
    Ass.... selamat malam

    DIRIKU ADALAH ILMU

    Itulah kesimpulan atau ilmu yang saya dapat malam ini dengan membaca elegi yang bapak tulis

    yang mengganjal dalam pikiran saya :
    ulama berpendapat "tinggikan derajatmu dengan memperbanya ilmu" artinya dengan ilmu yang banyak derajat seseorang akan naik. bgm hubungan antara jerajat seseorang dengan ilmu, kalau dikatakan dirimu adalah ilmu. terima kasih Pak.
    Reply
  51. Nurel Amelya
    10708259016
    Pendidikan Sains Kalsel 2010

    Assalamu'alaikum...
    Terimakasih atas komentar balik bapa...

    Saya mencoba memahami,
    berarti jika pertanyaan saya
    "apakah perbedaan itu dapat saya katakan diriku?"
    maka saya hanya memikirkan atau menanyakan separu dunia,
    karena sebenarnya ada separu yang lain yang harus saya tanyakan dan pikirkan yaitu bahwa

    "apakah persamaan itu dapat dikatakan adalah diriku?"

    Saya benar-benar tertarik dengan filsafat, sekali lagi saya ucapkan terimakasih komentar balik bapa, yang Alhamdulillah membuat saya semakin berpikir.
    Reply
  52. Pada perkembangan manusia ada suatu fase dimana seorang manusia mencoba menemukan jati dirinya. Semakin ia bertanya, semakin bingung, semakin ia melihat dunia luar semakin bingung. Bakatku apa, aku akan sukses di bidang apa. Pencarian jati diri penting selama pencarian itu dilakukan dengan positif. Jangan pernah lelah memohon petunjuk.
    Reply
  53. Assalamualaikum wr.wb;
    Dari beberapa ahli filsafat, semuanya mempunyai makna yang berbeda-beda namun dari semua arti filasafat itu masing-masing mempunyai arti positif dalam pikiranku.Berpikir....itu adalah berfilsafat.Apakah semua perbedaan itu adalah filsafat? dan apakah arti dari teologi filsafat?
    Reply
  54. PM KELAS B(10709251031)

    Assalamualaikum pak...
    Setiap orang dapat mendefinisikan ilmu berbeda-beda sesuai dengan pikirannya masing-masing seperti halnya dengan Socrates, Plato, Aristoteles, Immanuel Kant dan masih banyak lagi definisi lainnya yang dapat kita temukan.
    Dengan terus membaca elegi bapak lagi-lagi membangkitkan kesadaran saya tentang sesuatu hal yang sering kali saya lupakan contohnya saja bahwa kita tidak boleh melihat sesuatu hanya dengan satu sudut pandang saja.
    Reply
  55. DEWI LUSYANA,S.Pd, PSn Kal-sel 2010.
    MK FILSAFAT, SABTU,13.00-15.00 WIB

    Assalamualaikum, Wr.Wb
    Orang yang berilmu adalah orang yang selalu berpikir kritis. Orang yang selalu bingung, tetapi berusaha mencari jawaban dari kebingungannya, itulah orang yang berilmu dan slalu berpikir kritis tentang apa yang dia lihat, pikirkan dan dia rasakan. Orang yang tidak lagi bingung dan orang yang tidak lagi ada pertanyaan didalam pikirannya, maka bisa dibilang ilmunya telah mati. karena ilmu tidak mengenal ruang dan waktu. jadi definisi dari ilmu bagi tiap-tiap orang bisa berbeda.dan kita tidak bisa menyalahkan pendapat orang tentang ilmu walaupun pendapat mereka berbeda-beda.
    Reply
  56. Ass...
    Setelah saya membaca dan mencoba memahami beberapa elegi yang bapak buat, Alhamdulillah saya mulai bisa menemukan makna dari kata-kata yang Bapak tulis dalam elegi-elegi tersebut, saya mulai dapat memahami apa yang seharusnya saya lakukan selama ini dan apa yang harus akan saya lakukan.
    Terimakasih Pa Marsigit atas elegi=eleginya semoga Bapak tidak pernah bosan untuk menghadirkan elegi-elegi selanjutnya, Aminnn
    Reply
  57. NORHAYAH KAMALI
    SAINS KAL SEL
    Ass.... selamat malam

    DIRIKU ADALAH ILMU

    Itulah kesimpulan atau ilmu yang saya dapat malam ini dengan membaca elegi yang bapak tulis

    yang mengganjal dalam pikiran saya :
    ulama berpendapat "tinggikan derajatmu dengan memperbanya ilmu" artinya dengan ilmu yang banyak derajat seseorang akan naik. bgm hubungan antara jerajat seseorang dengan ilmu, kalau dikatakan dirimu adalah ilmu. terima kasih Pak.
    Reply
  58. YENI KARTIKA WATI
    PSn KS 2
    10708259023
    Membaca pikiran para filsuf memang sulit tetapi dengan sabar, sabar dan sabar kita pasti bisa.
    Reply
  59. Sebenar-benar diriku belum tentu benar bagi orang lain.. Berbeda pendapat itu wajar so kita harus saling menghargai satu dg yang lain..
    Reply
  60. Murni Psn C (10708251054)

    ilmu..ilmu itu seperti bis kota..yang mempunyai alur teratur..dmana dia harus berhenti, berapa tarifnya, mau ke mana jurusannya..smua nya serba terarah..jadi kita takkan pernah tersesat olehnya..
    Reply
  61. Ass..
    Terima kasih Pa, setelah ada penjelasan kemarin, saya mulai dapat memahami elegi pengembaraan orang tua berambut putih ini. Terima kasih. www
    Reply
  62. Assalamualaikum...
    ilmu mempunyai arti yang sangat luas. dari elegi pengembaraan orang tua berambut putih membuat kita tahu pengertian ilmu menurut ahli-ahli filsafat. untuk memberi kita acuan terhadap pengertian ilmu sejalan dengan pemikiran yang mana.....
    Terima kasih....
    Reply
  63. PSn KS-2

    Assalamualikum....
    Hmm...banyak juga ya makna ilmu menurut para filosof. Saya jadi agak bingung. Ya, itulah manuasia. Manusia mempunyai sifat dan karakter yang berbeda. Begitu juga dalam mendeskripsikan ilmu. Beda filosof, beda pemikiran. Setiap orang berhak mengemukakan pendapatnya, tinggal bagaimana kita menyikapinya.
    Reply
  64. Perbedaan merupakan anugerah yang indah dari Allah SWT, dengan perbedaan kita bisa mengenal dunia dan seisinya, mudah-mudahan akan semakin membuat kita selalu bersyukur kepada-Nya, amien.
    Reply
  65. Bismillah..Wallauhu'alam...mereka semua berpendapat..menafsirkan...membaca gejala-gejala sesuai dengan ruang waktunya..sesuai dengan pengetahuan mereka..tidak ada yang salah...Kita lah yang memilih mana yang terbaik dan paling tepat dengan ruang waktu kita..kita pun juga boleh berpendapat..
    Reply
  66. Bagi saya elegi ini memberikan pandangan yang luas mengenai perbedaan pikiran manusia. Satu hal saja dapat memunculkan sekian banyak buah pikiran.
    Dan saya tertarik oleh seorang filsuf yang bernama Hilbert, yang bermimpi / mengharapkan bahwa suatu saat muridnya dapat membalikkan pendapat sang guru..
    Reply
  67. Ibrahim, S.Pd. (10708251043)October 29, 2010 10:51 AM
    Assalam'mualaikum Wr.Wb.
    Manusia dianugrahi sifat tidak puas dalam memperoleh sesuatu, termasuk dalam mencari ilmu. Supaya ilmu yang kita peroleh bisa berkah dan memadai (bukan khabar angin), maka kita dituntut untuk berkomunikasi atau bertanya langsung kepada ahlinya, sehingga rujukan yang diperoleh jelas buktinya.
    Reply
  68. Ada berbagai macam pendapat dari para ahli dalam mengartikan ilmu. Semoga kita diberi kemudahan dalam menuntut ilmu. Dan ilmu akan bermakna jika kita mampu mentransernya kepada yang lain. Ketika kita mampu membuat orang lain paham dengan ilmu itu melalui penjelasan kita, maka disitulah letak sebenarnya dari pemahaman ilmu itu sendiri.
    Reply
  69. Assalamualaikum...
    Tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina, itulah mungkin ungkapan yang menggambarkan betapa pentingnya ilmu itu... Apapun definisi ilmu yang pasti segala pengetahuan yang kita miliki itulah ilmu, tergantung kita menggunakan di jalan benar atau salah...
    Wallahu'alam
    Wassalam
    Reply
  70. Ilmu akan bermanfaat dan berberkah bila kita bisa berbagi dan menularkan ilmu yang telah kita dapat kepada sesama,ilmu itu akan semakin berkembang dan berkembang, ibarat pohon kalo sering dipetik buahnya dia akan berbuah terus, maka jangan pelit jika berilmu.
    Reply
  71. WAHYU WIDIASIH,PMAT B(10709251038)November 3, 2010 8:54 AM
    ASS....
    manusia memang dianugerahi sesuatu yang berbeda dari makhluk lainnya,tp banyak manusia yang menyombongkan diri atas anugerah itu.seperti rasa ketidakpuasan terhadap yang dimilikinya sekarang.manusia terlalu ambisius untuk mendapatkan sesuatu yang belum dimilikinya tanpa memandang dirinya akan mampu menggapainya atau tidak.Makanya dengan ilmu yang benar dimaksudkan agar manusia lebih pandai untuk memilah-milah sesuatu yang lebih bermanfaat buat dirinya.Dan manusia bisa membedakan yang salah dan yang benar.
    Reply
  72. Banyak perbedaan pendapat diantara semua philosop, seperti Plato, Aristoleles, Immanuel Khan dll.mengenai persepsi mereka dalam memandang suatu di alam ini yang mengarah pada pengetahuan. Demikian pun kita, saya yakin ada perbedaan. Namun itu semua menunjukkan suatu kontradiksi yang tak lain adalah ilmu. Tapi hidup tak selamanya harus kontradiksi , karena jika telah ada kata sepakat maka itulah yang kita pegang tanpa keraguan sebagai suatu pondasin dasar ilmu. Namun untuk lebih memperkaya memang tak salah jika pengetahuan yang ada dikembangkan lagi. Dan dalam perkembanganya pasti tibul lagi yang namanya kontradisi. Dan itu terus berlanjut tanpa batas. Sehingga hidup tak lepas dari kontradiksi, tapi yang perlu disadari “jangan perbedaan/ kontradiksi ini justru menjadi perpecahan” namun harus tetap jadi pemersatu demi terciptanya perdamaian dan perkembangan ilmu yang sehat.
    Reply
  73. Apapun definisi ilmu,tugas kita adalah mencari ilmu yang bermanfaat dan mengamalkannya.
    Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mendekatkan kita sang Khalik.
    Reply
  74. Assalamu 'alaikum wr wb
    Untuk menggapai ilmu diperlukan banyak guru, banyak pemikiran, banyak buku, banyak sumber.
    Reply
  75. Tidak ada jawaban yang memuaskan bagi orang tua berambut putih. Pengembaraannya belum berakhir dan tidak akan berakhir. Karena ia akan menjadi sangat banyak dan sangat kompleks dari zaman ke zaman. Bertanya jawablah dengan orang tua berambut putih karena ia tidak pernah akan puas dengan satu jawaban. Orang tua berambut putih juga dari berbagai aliran konstruktive, pragmatis dll.
    Reply
  76. Tiadalah ilmu yang sempurna, manusia hanya berusaha untuk meraihnya melalui pengembaraan. Selama zaman belum berakhir, selama itu ilmu akan berkembang. Ilmu yang sempurna hanyalah milik Allah.
    Reply
  77. Ass.
    manusia memiliki koreositas (rasa ingin tahu) sehingga pengembaraan manusia tidak akan pernah berakhir sampai kapanpun.
    Reply
  78. Ass...
    Diriku adalah ilmu, ilmuku ada dalam pikiranku dan sejauh mana kita mampu menggapainya, ilmuku adalah ilmu jika bermanfaat bagi orang lain...
    Wassalam...
    Reply
  79. PSn KS 2
    10708259001

    Assalamu'alaikum..
    Kontradiksi itu adalah ilmu,tempat tinggalnya ada di pikiran kita.Jadi menurut saya kebimbangan dan keraguan jg bagian dari ilmu yg harus di pecahkan dengan pikiran yang kritis.

    Maaf pak saya msh bingung ttng pendapat Rene Descartes yaitu "cogito ergosum itulah kata-kataku" mohon penjelasannya..makasih.
    Reply
  80. Ken Budiarti .H. (07410057/UPY)
    Assalamu’alaikum wr. wb.

    Untuk mendapatkan suatu ilmu kita harus melakukan suatu pengembaraan. Untuk mempelajari filsafat kita juga harus melakukan pengembaraan, caranya ialah dengan membaca pikiran para filsuf. Dan pikiran para filsuf itu telah dituangkan oleh Pak Marsigit di dalam elegi-elegi yang telah dibuat. Jadi dalam mempelajari mata kuliah filsafat ini kita harus rajin membaca elegi-elegi dengan ikhlas. Kalau kita hanya berdiam diri saja maka kita tidak akan mendapatkan tambahan ilmu dan tidak akan berkembang. Bermimpilah setinggi-tingginya agar kita berusaha sekuat tenaga untuk meraih mimpi itu. Seperti yang diungkapkan oleh Rene Descartes, bahwa dunia itu adalah mimpi. Jika kita tidak mempunyai mimpi, maka kita tidak dapat meraih dunia. Dalam meraih mimpi haruslah diiringi dengan doa dan ikhtiar. Seperti dikisahkan dalam novel yang berjudul Sang Pemimpi, di sana diceritakan tentang perjalanan hidup orang yang terlahir di pelosok desa, serba kekurangan, dan berada dalam keterbatasan. Akan tetapi karena memiliki cita-cita, mimpi, dan semangat yang tinggi akhirnya bisa meraih mimpinya, yaitu bersekolah hingga ke luar negeri dan bisa menjadi orang yang sukses. Walaupun dalam meraih mimpi dan cita-citanya harus disertai dengan perjuangan, usaha yang keras, serta harus melalui berbagai hambatan yang tidak mudah untuk dilalui. Pada akhirnya usaha dan perjuangan keras yang dilakukannya itu bisa membuahkan hasil. Kisah ini tentunya dapat memberikan inspirasi kepada kita bahwa kita harus memiliki mimpi yang setinggi-tingginya agar kita terpacu dan berjuang untuk meraihnya. Itulah kehebatan sebuah mimpi. Akan tetapi kita harus selalu ingat bahwa kita haruslah menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan kepentingan akhirat. Jika kita tidak menyeimbangkannya maka hanya akan ada penyesalan di kemudian hari. Segala sesuatu tidak mungkin terjadi tanpa kehendak dari Allah swt. Sebagai hamba-Nya kita wajib untuk berikhtiar (berusaha dan berdoa), sedangkan hasilnya kita kembalikan lagi kepada Sang Pencipta.

    Wassalamu’alaikum wr. wb.
    Reply
  81. Ken Budiarti .H. (07410057/UPY)
    Assalamu’alaikum wr. wb.

    Maafkan aku wahai orang tua berambut putih. Ternyata mimpi yang dimaksud oleh Rene Descartes tidaklah sama dengan mimpi yang aku maksudkan dalam komentarku kemarin. Itu semua terjadi karena keterbatasanku sebagai seorang manusia biasa. Ternyata mimpi yang dimaksudkan adalah mimpi yang sulit dibedakan dengan kenyataan yang ada di dunia ini. Karena akupun ternyata pernah mengalami kejadian seperti ini. Aku pernah mengalami suatu hal atau peristiwa di dunia yang sepertinya hal atau peristiwa itu sudah pernah aku alami, mungkin dalam mimpi. Jadi sangat sulit dibedakan apakah hal yang aku alami pada waktu itu merupakan mimpi ataukah kenyataan. Sekali lagi maafkan aku wahai orang tua berambut putih. Ternyata aku masih perlu melakukan pengembaraan yang lebih jauh lagi agar aku dapat menyelami semua elegi-elegimu dengan lebih dalam lagi.

    Wassalamu’alaikum wr. wb.
    Reply
  82. Sri Lestari (07410065)
    Pend. Matematika UPY
    Assalamu’alaikum, banyak orang kesulitan bahkan tidak bisa mendefinisikan tentang dirinya. Pendapat mereka berbeda-beda, mereka mendefinisikan dirinya dan tempat tinggalnya secara filsafat menurut pendapat mereka masing-masing. Tidak sedikit pula orang yang tidak bisa dan benar-benar tidak mempunyai gambaran tentang dirinya, karena memang diriku, dirimu itu sulit untuk didefinisikan. Dan pertanyaan ‘siapa diriku?’, ‘siapakah dirimu?’ itu sulit untuk dijawab secara benar. Karena kita semua beranggapan bahwa definisi kita tentang diriku dan dirimu atu sudah benar.
    Wassalamu’alaikum
    Reply
  83. Menurut saya di dalam elegi ini Bapak ingin menjelaskan tentang pemikiran-pemikiran para fisuf menurut gaya bahasa yang Bapak gunakan. Dengan demikian saya menjadi tahu pemikiran-pemikiran para filsuf tersebut. Terima Kasih Pak.
    Reply
  84. ilmu dapat disebut ilmu jika bermanfat untuk orang lain. semoga ilmu yang telah kita dapat terus bermanfaat bagi kemaslahatan umat.
    Reply
  85. murni 10708251054

    menurut Jujun Sumantri, ilmu itu ibarat bis kota..dia mempunyai keteraturan tertentu..mempunyai aturan seperti..sperti bis kota yang mempunyai tujuan tertentu ke Tanah Abang, ke Pulau Gadung,dll dengan tentunya dengan tarif tertentu tergantung jauh dan dekat..
    ilmu berbeda dengan pengetahuan..pengetahuan bisa dikatakan sebagai ilmu jika ada teori-teori yang melandasinya..misalnya ilmu astronomi,,dsb..
    Reply
  86. Trisniawati (10709251030)
    PPs Pendidikan matematika kelas B

    untuk mempelajari filsafat maka belajarlah dari pemikiran para filosof...dari pemikiran tersebut kita dapat memperoleh gambaran yang luas mengenai filsafat ataupun ilmu...
    Reply
  87. Utik Kristyaningtyas
    07410029 UPY Math

    Ass..
    Berbeda pendapat adalah hal yang wajar, sebaiknya kita bisa menghargai pendapat orang lain.
    Hidup adalah perjuangan..
    Sebaiknya kita dapat menentukan langkah kedepan.
    Was..
    Reply
  88. noka setya maharani
    pmat uny 08301244013

    assalamu'alaikum

    mungkin saya salah satu dari mahasiswa yg merasa seperti itu...

    yaaa...jujur memang, ketika saya pertama mengikuti perkuliahan filsafat sempat terbesit dlm pikiran saya, sebernya apa sih yg akan diajarkan pada mta kuliah ini yg nantinya tentu berkaitan dg proses pembelajarn yg akan sya hadapi nanti??? smpat berpikir pula, filsafat itu terlalu "aneh" untuk dipelajari apalagi bagi org2 awam seperti sya ini, bagamina tdak keberadaan diri sendiri saja dipertanyakan keberadaannya, ttg pikiran2 yg menurut org awam mungkin konyol. heemm...yaa seperti itulah pikiran yg berkecamuk dlm otak saya sblum tw filsafat itu hakikatnya sprti apa (skgpun belom banyak yg sya pahami ttg filsafat). akan ttpi stelah mendpt pngantar ttg filsft dr pak marsisgit, sya pkir filsafat itu dahsyat, bahkan hal yg "mungkin ada" dipelejarai disana, bkan hnya hal2 yg ada dn terlihat sja yg menjadi oreintasinya, bhkan hal2 yg diluar kebiasaan dn dluar pkiran kita justru bsa menjdi suatu pertanyaan-pertanyaan sbg awal dr filsafat. bhakan yg sya ckup apresisi ternyata filsafat itu mengajarkan kita ttg ksopanan, disiplin mungkin hal-hal spt itu yg hendk tersampaikan sbg keterkaitan dg pend...

    elegi yg dibuat cukup membuat sya penasaran untk terus membaca...membaca...dan membaca dn menemukan sesuatu yg tersiar didalamnya meskipun memang terkadng masih sulit mencerna maksud dr elegi2 itu, tpi itulah awal (semooga) sya belajar berfilsafat...

    mohon bimbingannya pak,, terima kasih untuk ilmu yg tak pernah sya byangkan seblumnya keberadaanya...

    wassalamu'alaikum...
    Reply
  89. aslmkm...

    segala pendapat/pikiran orang dalam berfilsafat itu berbeda-beda dan itu menurut saya boleh-boleh saja. Akan tetapi ada hal yang paling penting yang harus dipegang teguh yaitu hati. Sehebat-hebatnya orang berfilsafat tidak lain dan tidak bukan bahwa dia selalu berpegang teguh terhadap hatinya.

    wslm...
    Reply
  90. Ass...
    Seperti yang selalu bapak katakan bahwa berfilsafat adalah mengembarakan pikiran dengan hati dan spiritual sebagai komandannya.
    Belajar dan terus belajar adalah kewajiban setiap manusia. Dalam belajar kita harus selalu berguru kepada pakarnya.
    Semoga dengan berfilsafat kita dapat merefleksikan siapa sebenar-benarnya diri saya, serta membuat saya menjadi manusia yang lebih baik lagi.
    Reply
  91. Assalamu ‘alaikum Bapak...
    Sesungguhnya saya masih belum bisa menggapai pikiran Bapak yang telah dituliskan dalam elegi ini. Hal yang saya tangkap bahwa banyak pendapat dari para filsuf yang memberikan perbedaan dari apa yang dipikirkan. Hakikat dari segala yang ada adalah yang ada di dalam pikiran kita dan yang ada di luar pikiran kita. Sehingga beberapa pakar itu ada yang idealis dan ada yang realis atau empiris.
    Reply
  92. assalamu`alaikum...

    Ilmu adalah masa depan...
    itu adalah kalimat inti dari bait2 terakhir dalam elegi ini...
    dari sini saya menangkap bahwa ilmu adalah semua yang ada dan yang mungkin ada dalam proses menuju masa depan....
    pertanyaan, pikiran, pengalaman, persepsi, mimpi, riwayat, intuisi, logika, kata hati, sistem, pilihan, ketidakpasstian, kesalahan, sampai pergaulan,, semuanya menjadi pondasi dalam masa depan kita...maka kita harus bisa mengharmoniskan kesemuanya itu agar saling berjalan beriringan menyusuri jalan mesa depan...
    Reply
  93. komentar ke 6, dari Saudara Rohmad Widiyanto snagat menarik bagi saya, menimbulkan banyak tanya terbersit. Saya runut semua komentar secara terurut tapi belum juga menemukan jawabannya. atau saya yang kurang mampu menangkap makna dibalik deretan kata-kata itu???

    apa itu cogito ergo sum? bagaimana kisah tragis sokrates? apa yang dimaksud dengan konsep Adum, Sepama, Sepamen?
    Reply
  94. Kelas P.Mat Sub 2008

    Apapun yang didunia ini tidaklah ada yang mustahil bila kita mau berusaha memperolehnya, akan tetapi itu semua kembali kepada Allah SWT bahwa manusia hanya bisa berkehendak tetapi Allah lah yang membuat hal tersebut dapat terwujud. Elegi jadi sebuah pelajaran berharga untuk tetap selalu berusaha, berdoa dan ikhtiar dalam menggapai sebuah keinginan.
    Reply
  95. Banyak definisi yang diungkapkan mengenai aku. Sungguh banyak perspektif ini sangat membingungkan bagiku. Tapi menurutku, Aku adalah sepanjang perjalanan hidupku.
    Reply
  96. Pengertian, definisi dan makna dari aku.. setiap ahli mengungkapkan hal yang berbeda.. setiap orang pun berhak mengungkapkan pendapatnya sendiri mengenai aku dan bukan aku.. menurut saya,, diriku adalah mimpi dan harapanku..
    Reply
  97. Filsuf jaman dahulu berbeda penafsiran dengan filsuf jaman sekarang dan berbeda pula dengan filsuf yang akan datang ketika berbicara tentang ilmu. Mereka mempunyai definisi-definisi sendiri mengenai ilmu itu apa. Namun yang jelas ilmu tidak hanya bisa didapat di bangku sekolah, namun juga di luar itu bisa untuk mendapatkan ilmu, seerti mendapat ilmu dari sejarah hidup kita, pengalaman, intuisi, dll. Jangan pernah berhenti mencari ilmu.
    Reply
  98. dari elegi pengembaraan orang tua beramput putih diceritakan tentang pikiran-pikiran para filsuf. yang setiap filsuf mempunyai pemikiran sendiri-sendiri,
    setiap pemikiran ataupun pendapat itu kebenarannya tidak absolut hanya kebenaran yang datang dari Alloh lah yang absolut.
    Reply
  99. aslkm...

    dalam elegi ini menjelaskan definisi ilmu menurut pikiran para filusuf...semoga kita dapat selalu berfikir kritis untuk memahami pikiran-pikiran para filusuf...amin
    Reply
  100. Dalam pengembaraan orang tua berambut putih menemukan tokoh-tokoh filsafat yang mempunyai kontradiksi dari ilmunya, namun ada juga yang sinkron. Akan tetapi, orang tua berambut putih tidak puas dengan pendapat para tokoh tersebut, begitu seterusnya. Hingga Akhirnya berjumpa dengan Teologi yaitu masa depan yang berangkat dari masa lampau dalam dimensi ruang dan waktu. Segala sesuatu meliputi yang ada dan yang mungkin ada berasal dari segala yang ada dan yang mungkin ada yang lain. Segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada akan berbentuk beda dari aslinya/berbagai macam bentuk. Itulah sebenar-benar diriku dan sebenar-benar ilmuku dan ilmumu.
    Reply
  101. mutiah rahmatil fitri (08301244003)
    pend. matematika 2008

    Ilmu sangatlah berguna untuk bekal di masa depan. Pencarian ilmu dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun,.. dalam elegi ini disajikan pemikiran dari para filsuf mengenai sebuah ilmu,.. dari situ kita tahu bahwa ilmu sangatlah luas. Semoga kita dapat memanfaatkan ilmu yang kita punya dengan sebaik-baiknya,..
    Reply
  102. Menurut Teteologi "tiadalah sesuatu itu tidak berasal dari sesuatu yang lain. " Yang saya tangkap dari perkataan itu adalah bahwa segala sesuatu itu pasti berhubungan dengan sesuatu yang lain. Sesuatu ada karena sesuatu yang sudah ada. Begitu juga ilmu ada karena ilmu yang sudah ada. Walaupun sulit untuk dibayangkan tetapi menurut saya itu masuk akal, karena tidak mungkin ada sesuatu tanpa sebab, tidak mungkin pula ada ilmu yang tidak didasari oleh ilmu-ilmu yang lain, kecuali karena kehendak Alloh.
    Reply
  103. Ilmu tiada batasannya, sedangkan pikiran dan harapan bisa menjadi awal dari hal-hal besar yang ingin kita raih, sehingga dorongan untuk mencari ilmu yang bermanfaat menjadi doa dan motivasi untuk terus belajar. Orang yang tidak pandai belum tentu bodoh, karena menurut saya kebodohan itu bersumber dari malu bertanya, enggan membaca dan malas mencari tau. Dari elegi ini, pengetahuan akan pemikiran-pemikiran para filsuf digambarkan dengan jelas, saya kagum dengan tokoh-tokoh tersebut , mereka cendekia dengan pola pikir yang berobyek segala hal yang ada dan yang mungkin ada dalam filsafat, termasuk dalam pendidikan matematika.
    Reply
  104. m. putrining tyas
    08301241037

    bermacam2 definsi ilmu yang digambarkan para ahli. lantas dari berbagai definisi itu kita dapat simpulkan makna ilmu bagi kita sendiri pada jaman sekarang ini yang bagaimana? ilmu itu sesuatu yang seperti apa?
    Reply
  105. sungguh sangat banyak pandangan orang dengan sesuatu...
    hal tersebut tercermin pada elegi diatas dimana para ahli mengemukanan sesuatu dengan karakter masing2...
    semoga kita dapat mengkritisinya...
    Reply
  106. ANISA ISTIQOMAH NUR AINI
    08301244019
    PMATSWA08

    Setelah membaca elegi ini, saya menjadi tahu tentang definisi-definisi ilmu dari banyak filsuf. Ada yang mendefinisikan ilmu adalah pikiran, pengalaman, intuisi, logika, sistem dan juga pilihan.
    Reply
  107. ana cristie yunda lMarch 22, 2011 11:36 AM
    ilmu tidak akan ada habisnya apabila kita mencarinya, tetapi apabila kita sudah mendapatkan ilmu tersebut tetapi tidak digunakan dengan sebagaimana mestinya tidak akan bermanfaat dan tidak memberikan manfaat bagi orang lain. dan setiap pikiran atau pendapat dalam berfilsafat boleh berbeda, karena pendapat/pikiran tidak ada yang absolut karena hanyalah kebenaran dari Allah semata yang absolut.
    Reply
  108. ANIF ARDHIANSYAH
    08301244027
    PENDIDIKAN MATEMATIKA

    Sebenar-benar ilmu adalah teleology. Namun perjalanan menuju teleology sangat panjang pemikiran Socrates, dan para filsuf selanjutnya. Pemikiranku tidak akan lepas dari pemikiran para filsuf2 ini sekalipun mungkin suatu saat bisa menjadi seorang filsuf.
    Reply
  109. ASRI MULAT RAHMAWATI
    08301244036
    PENDIDIKAN MATEMATIKA SWADANA 2008
    Assalamu’alaikum

    Dari beberapa perbedaaan yang mereka tunjukkan, tapi mereka punya asal – usul yang sanagt khas satu sama yang lain pun berbeda- beda. Dari semua yang mereka katakan, sebenarnya mereka adalah ilmu yang snagat sering kita jumpai di kehidupan kita, dan ilmu itu sangatlah luas. Hal yang ada dan yang mungkin ada itu adalah ilmu, semua yang telah dan yang belum kalian pikirkan itu juga merupakan ilmu. Dan elegi di atas memperlihatkan, bahwa ilmu itu sangat luas dan beragam. Jadi jika kita menuntut ilmu setinggi langit itu benar, karena sebelum sampai langit itu sudah banyak sekali ilmu yang kita dapatkan. seperti para filsuf mengartikan ilmu, sangat beragam. itu kenyataan yang sebenarnya kalau ilmu memang luas, dan beragam, tanpa batas bagi siapapun dan seberapapun.
    Reply
  110. Bahwa menurut para ahli filsafat mereka mempunyai perbedaan dalam mendefinisikan sesutu,itulah uniknya filsafat.Hidup ini semakin banyak pilihan,jadi kita jangat terpakupada satu pendapat.Jadikan semuanya menjadi masukan yang baik untuk membangun diri kita ke arah yang lebih baik.
    Reply
  111. Meita Fitrianawati
    083012144015
    P.Mat Swa 08

    hal yang dapat saya petik dari elegi ini adalah bahwa dalam filsafat diriku dan dirimu adalah apa yang di dalam pikiranmu
    dan dalam elegi ini telah dipaparkan dari pemikiran para filosof..
    dan semua yang ada dipikiranmu tidak salah dan tidak pula benar
    karena di dalam filsafat tidak ada benar dan salah.
    Reply
  112. wiwit wahyu R.
    08301244012
    pend. matematika NR 2008


    dengan membaca elegi ini saya jadi mengerti bahwa sebenar - benarnya ilmu sebenarnya ada dalam diri kita.
    Reply
  113. (Nevi Narendrati/p mat swadana 2008)

    Ass.wr.wb.
    Menarik sekali membaca dan memahami definisi para filsuf mengenai ilmu. Setiap filsuf memiliki pendapat masing-masing tentang hakekat ilmu.
    Kemudian, mengenai teleologi, bahwa ia adalah semuanya dalam dimensi ruang dan waktu. Kita tak akan pernah tahu apa yang hendak terjadi, sekian detik berikutnya, satu menit setelah ini, satu jam, satu hari, … , satu abad, sampai tak hingga. Karena kita adalah makhluk yang terbatas. Hanya Allah yang Maha Mengetahui hakekat segalanya dan apapun hal yang telah, sedang, dan akan terjadi. Wass.wr.wb.
    Reply
  114. Jika berbicara filsafat para filsuf sungguh begitu berbedanya. Masing-masing filsuf memiliki karakter dan kepribadiannya sendiri dalam berfilsafat, seperti menerjemahkan dan diterjemahkan oleh generasi sekarang... Para filsuf zaman dulu belajar filsafat dari siapa ya Pak?
    Reply
  115. Setiap orang berhak mengemukakan pendapatnya masing-masing akan suatu hal. Dan sebenarnya pendapat-pendapat yang mereka kemukakan itu bersifat relatif terhadap ruang dan waktu. Karena yang bersifat mutlak hanyalah Tuhan.
    Dalam memahami ilmu alangkah lebih baiknya jika kita mempelajari secara keseluruhan, bukan hanya sebagian-sebagian saja. Karena hal itu nanti yang akan mempengaruhi pemikiran kita terhada hal tersebut.
    Reply
  116. Rambut kepala boleh sama hitam, namun lain orang dapat pula lain pendapat. Tidak dapat disalahkan masing-masing pendapat daripadanya. Terdapat perumpamaan gajah seperti tiang listrik itu ada benarnya tetapi hanya untuk kakinya, gajah seperti tali ada benarnya tetapi hanya untuk ekornya, gajah seperti pipa ada benarnya tetapi hanya untuk belalainya, gajah seperti baki ada benarnya tetapi hanya untuk telinganya yang lebar. Begitu pula dengan pendapat orang buta mengenai gajah yang mereka pegang. Akan tetapi apakah pengertian gajah hanya cukup sampai disana? Tentulah tidak. Jika digeneralisasikan, agar lebih seksama dalam memahami tentang objek pikir haruslah diketahui secara keseluruhan tentang objek pikir tersebut. Baik keseluruhan fisiknya, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan objek pikir itu sendiri. Untuk itu tidaklah cukup waktu yang sedikit dalam mengetahui kebenaran dari yang ada dan mungkin ada.
    Reply
  117. Refleksi Oleh:
    P. Mat(A)11709251011

    Orang Jawa mengatakan" Ilmu Kelakone kathi Laku".
    Jadi ilmu itu didapat dengan orang berikhtiar. Sehingga manusia harus menyadari dan berikhtiar dengan ikhlas dalam ruang dan waktu. Orang tua berambut putih juga menyadari bahwa "Ilmu iku kelakone kathi laku". Sehingga beliau melakukan pengembaraan untuk memperoleh Ilmu seperti yang diharapkan.
    Reply
  118. ERNI GUSTIEN VIRGIANTI
    ELEGI PENGEMBARAAN ORANG TUA BERAMBUT PUTIH
    PPS UNY 2011 PMAT A(11709251046)

    ONTOLOGI:
    Sebenar-benarnya diriku adalah mengerti dan tidak mengerti, itulah kontradiktif dalam hidup, Elegi ini menunjukkan pada kita bahwa setiap orang memiliki persepsi yang berbeda tentang diri mereka dan diri orang lain yang mereka lihat. Dan itu tidaklah salah karena kita memiliki hak yang sama untuk mempersepsikan segala sesuatu sesuai dengan keinginan kita.
    EPISTEMOLOGI:
    Kita adalah saksi bagi diri kita oleh karenanya agar kesaksian kita menjadi sesuatu yang indah maknailah diri dengan sebaik-baiknya dengan tidak harus mengikuti cara pandang filsuf-filsuf diatas tetapi didasari dengan keyakinan kita, memikiran mereka hanyalah untuk kita mengambil hikmahnya atau pelajaran.
    AKSIOLOGI:
    Dengan memaknai diri dengan baik, maka kita akan mudah untuk menentukan jalan mana yang akan kita jalani. Mau seperti apa, dan menjadi siapa.
    Reply
  119. NADZIFAH AJENG DANIYATI
    11709251039 / P. Mat C PPs UNY

    Socrates, Plato, Aristoteles, Immanuel Kant, Hegel, dan para filsuf lainnnya, mereka berusaha mendefinisikan segala sesuatu yang mereka pikirkan. Segala sesuatu ada karna ada dipikiran kita dan kita memikirkannya. Jangan mau menjadi orang yang bodoh, orang yg selalu merasa jelas. Jangan berhenti untuk terus maju. Ketahuilah apa yg belum kita ketahui.
    Reply
  120. NIM. 11709259004
    PPs. P.Mat C
    “Itulah sebenar-benar ilmu, yaitu kontradiktif. Tetapi janganlah salah paham, kontradiksi itu adalah ilmu, tempat tinggalnya ada dalam pikiranmu”.
    Apa yang bisa mengukur kesalahpahaman kita tentang sebenar-benar ilmu adalah kontradiktif dan kontradiksi itu adalah ilmu???.
    Berarti antara ilmu dan kontradiksi itu saling mempengaruhi?????
    Dilihat dari beragam definisi yang diberikan oleh para filsuf tersebut telah memperlihatkan kekontradiksian ilmu itu sendiri.
    Berarti ilmu itu sendiri tidak bisa didefinisikan secara jelas. Dan para filsuf bisa mendefinisikan siapa sebenarnya dirinya dan diriku dengan pikiran mereka sendiri. Jadi kita bisa mendefinisikan fikiran mereka dengan fikiran kita sendiri????
    Reply
  121. P.Mat.B
    11709251012

    Itulah sebenar-benar pemikiran para filsuf dengan teorinya masing-masing. Lalu bagaimana dengan filsafatku?apakah hakikat ilmu itu?apakah hakikat diriku dan dirimu? semua itu tidak lain tidak bukan adalah diri kita sendiri. filsafat kita adalah pemikiran kita sendiri. dunia adalah diri kita. dan ilmu tidak lain tidak bukan juga adalah diri kita sendiri.. insyaAllah kita mampu membangun dunia dengan terus mengembangkan dunia pikiran kita. Amin..
    Reply
  122. Yuliyanto
    PM A PPs S2 UNY
    11709251043

    Menuntut ilmu harus didasari dengan sebuah kesadaran akan kebutuhan karena ketidaktahuan kita tentang ilmu tersebut. Orang Tua Berambut Putih dalam Elegi ini telah memberikan contoh kegigihannya dalam mencari tahu tentang sesuatu. Dia tidak puas hanya dengan melihat masa lampau, tapi juga sekarang dan masa depan. Inilah yang bisa kita teladani dalam menuntut ilmu, yaitu kita harus melihat masa lampau (pemikiran para tokoh), sekarang (perkembangan saat ini), dan masa depan (prediksi di masa yang akan datang).
    Reply
  123. Ass Bu Windarti dan P Yulianto...dan yang lain Orang Tua Berambut Putih hanya tersenyum mendengarkan komentar anda. Kenapa? Jangan lupa, tanyakan dalam perkuliahan.
    Reply
  124. Tantri Mega Sanjaya
    11709251007
    P. Mat B PPs

    Berfilsafat tidak akan bisa dipisahkan dari perjalanan kehidupan, seseorang akan berolah fikir berusaha membangun hidupnya dengan melihat fakta dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Bukan sekedar memikirkannya namun dengan pemaknaan dari hati dan pemaknaan secara real. Hendaknya kita mampu mengambil ibroh dari elegi ini. amin..
    Reply
  125. Assalamu’alaikum Guru Pikiranku
    Guru berguru, ilmu mencari dan melengkapi ilmu, itulah isyarat yang disampaikan dalam elegi ini. Orang yang berambut putih dalam hal ini jelmaan dari ilmu itu sendiri, terus berkelana mencari dukungan terhadap apa yang dimiliki dan terus melakukan intensi dan ekstensi terhadap subyek ilmu itu sendiri. Tapi perlu disadari karena keterbatasan berpikirlah membuat orang yang merasa berilmu itu mencari referensi lain, mungkin apa yang dipikirkan itu benar, tapi mungkin dipikirkan orang lain salah. Sebagai manusia tempat salah dan alpa, rasanya perlu terus melengkapi keterbatasannya itu, dengan terus mencari para saksi-saksi (filsuf, dalam filsafat) walau lengkap itu sebatas apa yang yang dipikirkan oleh siapapun yang paling dianggap tahu. Menyampaikan ide dan pikiran adalah filsafat (olah pikir) dari seseorang. Siapapun kita ataupun Socrates, Plato, Aristoteles, Rene Descartes, David Hume, Immanuel Kant, Hegel, Brouwer, Russell, Wittgenstein, Hilbert, Godel, Husserll, Einstein, Lakatos, Ernest, bolehlah menyampaikan apa yang dipikirkan sesuai dengan seni berpikirnya masing. Yang paling penting adalah apa yang disampaikan bukanlah yang paling benar, karena benar menurut kita karena kita baru melihat dari satu sisi, akan ada orang lain mungkin beda menafsirkan. Kitapun jangan sampai mendapatkan ilmu dari satu sumber sudah merasa cukup dan seolah-olah yang lain tidak penting dan tidak ada manfaatnya. Dalam berfilsafat saya sangat salut dengan Plato dan Socrates, walau mereka guru dan murid tapi mereka beda dalam mendefinisikan ilmu, karena mereka melihat dari sisi yang berbeda, tapi mereka tetap saling menghargai dan saling melengkapi. Ini adab yang luar biasa dan perlu juga dicontoh, hari ini siswa kita menjadi murid kita, mungkin suatu saat murid itu bisa menjadi guru kita, karena ilmu itu terus berkembang dan terus melakukan intensi dan ekstensi. Tuhan berfirman “ dan tidaklah aku karuniakan ilmu itu masing-masing melainkan sedikit saja”, karena sudah dibekali akal dan pikiran, manusia perlu melakukan intensi dan ekstensi ilmu itu sesuai dengan kebutuhan berdasarkan panduan dari orang-orang yang dianggap tahu lebih dahulu sebagai pembanding atau pengarah. Semoga kita tidak merasa puas dulu dengan apa yang diketahui dan merasa yang paling benar dan menjadi bagian masa sekarang dan masa yang akan datang yang terus memburu ilmu-ilmu yang membawa kemaslahatan dunia sampai akhirat. Amin
    Reply
  126. Komentar oleh: Hanan Windro Sasongko (S2 UNY_P.Mat_A_2011-NIM 11709251014)

    Elegi ini menceritakan tentang perjalanan ilmu menurut pemikiran para filsuf terdahulu. Mulai dari Plato dan penerus pemikirannya serta Aristoteles dan yang sepaham dengannya. Juga orang-orang yang berusaha menggabungkan antara logika dan pengalaman. Mulai dari jaman filsafat alam sampai filsafat bahasa. Walaupun hanya penjelasan singkat mengenai pemikiran beberapa para filsuf, tetapi dapat mendorong pembacanya untuk lebih mengetahui perihal mereka dan pemikiran-pemikirannya. Sampai suatu ketika sampailah pada teleologi. Ilmu dimana sesuatu bisa dipandang dari sudut pandang mana saja. Sesuatu berhubungan dengan sesuatu yang lain. Masa depan yang berasal dari masa lalu. Ilmu yang memandang lintas ruang dan waktu.
    Reply
  127. Mira Marlina Pmat B 1170925102

    Para pelaku sejarah seperti Socrates, Plato, Aristoteles, George Berkely, Rene Descartes, dan yang lainnya memandang ilmu berdasarkan cara berpikirnya masing-masing. Para filsuf mengungkapkan pemikiraanya berdasarkan tujuan yang sama atau juga berbeda. Ilmumu adalah ilmuku sejauh hasil pemikiran itu mempengaruhi tindakanku untuk menciptakan mafaat bagi kehidupan.
    Reply
  128. Satriawan PM A (11709251035)

    Sebenar-benar diriku adalah segala sesuatu yang menyusun diriku secara fisik dan non fisik. Ia adalah jasad dengan segala organ penyusunnya dan system organ yang bekerja serta akal juga perasaan. Semuanya merupakan satu-kesatuan yang utuh yang tak terpisahkan. Dan dalam semuanya itu merupakan sebagan dari ilmu dari berbagai ilmu Allah. Begitu luasnya ilmu yang terdapat didunia ini dan bahkan di luar dunia ini tak akan mampu terkuasai semuanya. Ilmu ada 2 yaitu ilmu dunia dan ilmu agama. Ilmu dunia ini hukumnya fardhu kifayah, jika telah ada yang mempelajarinya maka tidak wajib bagi yang lain mempelajarinya. Namun ilmu agama hukumnya fardhu ‘ain yaitu wajib bagi setiap kita memiliki bekal ilmu agama.
    Reply
  129. HERU SUKOCO
    11709251019
    PPs UNY P. Mat 2011 Kelas B

    Menurut pendapat saya, penggembaraan orang tua berambut putih di dalam elegi ini tidak lain adalah pengembaraan filsafat diri kita masing-masing. Belajar filsafat tidak dapat dipisahkan dari pendapat para Filsuf dari jaman ke jaman. Berawal dari Socrates, Plato, lalu Aristoteles dan seterusnya. Namun, pada akhirnya semua itu kembali pada diri kita, yaitu sampai dimana kita mampu mempelajarinya. Seperti yang Pak Marsigit pernah katakan bahwa belajar filsafat adalah belajar membangun hidup. Jadi TELEOLOGI dapat saya simpulkan sebagai tujuan dari kita mempelajari filsafat, akan menjadi seperti apa diri kita nantinya adalah sesuai dengan apa yang kita bangun sebelumnya. Maka baca dan terus membaca elegi-elegi adalah salah satu cara membangun filsafat yang kita sadari atau tidak hal tersebut juga telah membantu kita dalam membangun hidup. Terima kasih.
    Reply
  130. 11709259002
    PMAT C
    Teleologi berasal dari akar kata Yunani τέλος, telos, yang berarti akhir, tujuan, maksud, dan logos, perkataan. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu. Istilah teleologi dikemukakan oleh Christian Wolff, seorang filsuf Jerman abad ke-18. Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan. Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius tentang eksistensi tujuan dan "kebijaksanaan" objektif di luar manusia.(http://id.wikipedia.org/wiki/Teleologi)
    Reply
  131. PALUPI SRI WIJAYANTI
    NIM. 11709251045
    PPs Pend. Matematika Kelas C


    Setelah saya membaca elegi di atas, ternyata ajaran berdasar Socrates, Plato, Aristoteles, George Berkely, Rene Descartes, dan Immanuel Kant belum dapat menjelaskan semua yang ada dan yang mungkin ada. Namun, setelah mempelajari semua ajaran tersebut barulah semua yang ada dan yang mungkin ada dapat dijelaskan. Sebagai gabungan seluruh ajaran tersebut terangkum dalam Teleologi yang menganjurkan keputusan etis didasarkan pada akibat yang ditimbulkannya dan memberikan kriteria substantif seperti kesenangan atau kebahagiaan. Dalam literatur yang saya baca Paradidoks Sokrates yaitu lebih baik menderita ketidakadilan daripada berbuat tidak adil, sebab tindakan apapun (tanpa mempedulikan sebesar apa pun yang diberikan kepada si pelaksana) sama sekali tidak baik jika kesenangan itu terjadi dari hal yang secara moral tidak baik.

    Teori teleologis memungkinkan sifat relatif moralitas. Sifat relatif moralitas ini memungkinkan orang untuk mengambil keputusan atas dua pilihan tindakan yang harus diambil (pilihan etis).

    Moralitas mempunyai dua dimensi. Pertama, dimensi hukum yang berfokus pada hukum-hukum dan prinsip-prinsip, universal, rasional, dan objektif (tanpa pamrih, tidak memihak, bebas kepentingan, dan bebas kekuasaan), taat hukum (“kewajiban demi kewajiban”), dan tidak bersifat perorangan. Orang harus bertindak berdasarkan prinsip-prinsip, mengerti prinsip-prinsip itu, dan berbuat demi prinsip itu. Sebagai contoh : tanpa pandang bulu, kapan pun, dimana pun, siapa pun wajib membayar utang, bukan karena berutang itu merupakan hal yang memalukan dan merugikan, melainkan semata-mata karena membayar utang itu kewajiban.

    Dimensi yang kedua adalah dimensi kebijakan yang memberi penilaian pada karakter dan sifat-sifat individu yang khusus misalnya kebajikan, rasa kasih, kemurahan hati, kebesaran jiwa, dan apresiasi terhadap persahabatan. Dari pandangan ini, seseorang yang taat hukum saja tidak cukup untuk disebut hidup etis jika tidak mempunyai rasa persahabatan dan cinta kasih.

    Referensi: Makalah Mintarsih Adimihardja untuk disajikan dalam penataran Metodologi Penelitian MIPA yang disponsori HEDS-USAID dan dilaksanakan oleh Persiapan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada tanggal 1 – 5 Maret 1994 di Bandar Lampung.
    Reply
  132. Muhamad Farhan (11709251034) PMAT C

    diriku adalah nuansa pikiranku yang didasarkan atas hatiku sebagai bentuk pengembaraan diriku dalam menggapai diriku.. perbadaan pendapat yang didefinisikan oleh para filsuf diatas bahwa ilmu itu adalah luas yang meliputi yang ada dan mungkin ada. ilmumu adalah pikiranmu dan ilmu adalah pikiranku,. maka sejatinya seorang itu berusaha mendifinisikan segala yang ada dan mungkin ada semampunya dalam menggapai kehidupannya..
    Reply
  133. Ilmu itu sangatlah luas, dan jelas tidak akan habis kita gali dengan segala keterbatasan kita sebagai manusia. Dengan begitu orang tidak akan mampu memandang dari bentuk keseluruhan ilmu tersebut, orang bisa saja memandang dari berbagai sisi, sehingga ada banyak sekali pengertian dari ilmu itu sendiri. Yang jelas hanya sang Maha Berilmu yang mampu mendefinisikan ilmu itu,dan biarlah “ilmu adalah ilmu”, karena hanya ilmu yang mampu menjelaskan ilmu.
    Reply
  134. berbagai pendapat dari para ilmuwan adalah sekelumit kecil bagaimana usaha menggapai definisi dari ilmu tersebut... ilmu adalah bagaimana mencoba menjelaskan akan sesuatu hal... sesuatu hal itu adalah ilmu itu sendiri,.. seperti sebuah rangkaian kehidupan ini sebenarbenarnya juga merupakan ilmu,,, dan usaha bagaimana mengartikannya dan mendefinisikannya juga merupakan ilmu,,,, ilmu adalah sebagai hubungan antar anggapan dalam usaha menjelaskan definisinya..
    DEKI SULISTIYO PMB PPs UNY 2011
    Reply
  135. Ilmu dapat dimulai dari mana saja, dari apa saja, dan dari siapa saja. Dari teori-teori para filsuf tersebut membuat saya menjadi semakin yakin bahwa kita tidak boleh menafikkan diri bahwa ilmu itu dapat diperoleh dari apa saja atau siapa saja. Dan yang pasti dalam menggapai ilmu itu perlu adanya keikhlasan dalam hati untuk menerima ilmu karena pastilah ada campur tangan Tuhan di dalamnya.
    Reply
  136. Komentar elegi pengembaraan orang tua berambut putih
    M. Syawahid
    NIM : 11709251032
    Pps UNY Pend. MTK kelas C 2011

    “tuntutlah ilmu itu kenegeri cina” (al-hadis). Begitu pentingnya ilmu bagi manusia karena manusia tanpa ilmu adalah buta, buta pikirannya dan buta hatinya. Ilmu di cari bukan mencari. Begitu jauh pengembaraan ilmu didunia ini sampai keseluruh penjuru dunia. Maka janganlah kita sia-siakan ilmu dengan melupakannya akan tetapi teruslah menyebutnya dalam diskusi atau muzakaran karena ilmu itu akan hidup dengan muzakarah dan akan mati jika ia dilupakan.
    Reply
  137. Ika Kusumawati (09301241020)
    Pendidikan Matematika Subsidi 2009

    I think we have to study deeply and search knowledge every where. With knowledge, we can achieve our dreams. Someone is depends what she/he do. We should stay focused to achieve the dreams and the future. We have to do what is now as good as possible because our future depends what we do today.
    Reply
  138. Seperti mencari kucing hitam liar di tempat yang gelap...
    Reply
  139. Siapakah aku?
    Aku: "Wahai cermin Ajaib tolong tunjukkan siapakah aku sebenar-benarnya?".
    Cermin ajaib: "Sebenar-benar dirimu adalah Masa depanmu. dirimu tidak bisa dilepaskan dari masa lalumu. Engkau yang sekarang adalah hasil dari masa lalumu. Dan masa depanmu nanti adalah buah dari apa yang engkau kerjakan sekarang. itulah sebenar-benarnya dirimu".
    Reply
  140. Filsafat berkembang seiring perkembangan manusia itu tersendiri, tetapi secara ilmu filsafat berkembang mulai jaman India, Cina dan Yunani. Perkembangan filsafat yang secara tidak langsung menjadi acuan perkembangan ilmu secara signifikan melalui filsafat Yunani, yang dimulai dari keingin tahuan akan arche ( Unsur Induk ). Jaman keemasan filsafat dimulai dari Socrates melalui "Dialektika"( melalui pertanyaan2 ). Kemudian berkembang secara berturut Plato dengan idealisme, Aristoteles dengan Realisme, George Barkely dengan fatamorgana, Rene Deskartes dengan skeptismenya ( Cogito Ergosum ), Imanuel Kant yang mengabungkan antara Ide dan pengalaman. Dalam perkembangan selanjutnya filsafat tidak dikembangkan dengan orientasi kosmos tetapi sudah berorientasi pada ilmu pengetahuan melalui Hege, Brouwer, Russel, Wittgistin, Hilbert, Godel, Hussel dan masa kontemporer senantiasa selalu berorientasi pada ilmu pengetahuan.
    Reply
  141. BISMILLAH
    Assalaamu'alaikum warohmatulloohi wa barokaatuh
    Dr. Marsigit, M.A. yang saya hormati,

    Berbicara tentang siapa diri ini, Bapak memberikan contoh bagaimana mencari tau siapa diri ini dengan bertanya kepada para saksi yang hidup di jaman dulu, bertanya kepada para saksi dijaman sekarang, dan bertanya kepada para saksi di jaman yang akan datang. siapa diri ini? menurut Firman Alloh yang maknanya kurang lebih "manusia dibentuk dari saripati tanah yaitu setes air mani yang menjijikkan kemudian dibentuk secara fisik adalah sebaik baik bentuk namun kemudian akan dikembalikan dalam derajat serendah rendah derajat, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih yang akan dibalas dengan balasan sebaik-baiknya" adapun pendapat para filosof adalah sebenar-benar pendapat untuk mendefinisikan amal sholih maka tidak ada satupun pendapat mereka yang salah walaupun nampaknya kontradiktif. coba kita renungkan lebih dalam dan luas, tanyakan ke hati maka pendapat mereka benar. tetapi kalau dipahami secara parsial, dangkal dan sempit maka pendapat mereka akan kelihatan kacau.
    BAROKALLOOHUFIIKUM
    WASSALAAMU'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WA BAROKAATUH
    Reply
  142. Setelah membaca elegi di atas. Jawaban dari pertanyaan orang tua berambut putih. Antara filsuf yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Karena filsafat itu adalah pertanyaanku. Filsafat itu adalah diriku. Diriku adalah dirimu. Dirimu adalah diriku. Diri kita semua. itulah filsafat. Memang itulah filsafat ...
    Reply
    Replies
    1. Para ahli dalam elegi ini adalah ilmu masa lalu dan ilmu masa depan,karena teori-teori mereka adalah dasar dari semua ilmu yang kita gunakan saat dimasa lalu,masa sekarang dan ilmu di saat yang akan datang
  143. Filsafat ilmu merupakan ilmu, orang tua berambut putih adalah sumber ispirasi dari filsafat ilmu yang saya pelajari saat ini maju terus orang tua berambut putih ide dan filosofimu sangat berguna untuk diriku supaya aku lebih menyelami arti filsafat yang sebenarnya.
    Reply
  144. Aku menjadi saksi Pengembaraan Orang Tua Berambut Putih
    Reply
  145. Filsafat adalah pendapat para filusuf. Dan sebenar-benarnya filusuf tidak pernah menyebut dirinya adalah filusuf.

    Saya percaya Ilmu pengetahuan akan selalu berkembang selama ruang dan waktu masih ada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini