Langsung ke konten utama

Apakah Kita Mendengar Tangis Muslim Myanmar?



Sejauh ini tidak banyak media elektronik nasional yang memberitakan tragedi kemanusian yang amat memilukan di Myanmar. Entah karena memang kesulitan mencari sumber berita atau mungkin dianggap hal itu bukan isu penting. Alasan pertama mungkin saja benar, karena Myanmar merupakan salah satu negeri yang masih sangat tertutup, bertahun-tahun berada di bawah kekuasaan rezim militer yang sadis.Berita tentang kesadisan yang terjadi atas muslim Myanmar lebih banyak hanya diperoleh dari para pelarian yang berhasil menyelamatkan diri di negeri tetangga, Banglades. Namun, jika alasannya karena ini bukan berita yang populer, hal ini sungguh sangat disesalkan.
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, setidaknya sudah 6000 muslim Myanmar dibantai, ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal dan menjadi pelarian hingga ke Banglades. Ini adalah krisis kemanusiaan yang sangat serius, karena negara (dalam hal ini tentara gabungan Myanmar) telah berkonspirasi dengan warga sipil (yang rata-rata penganut Budha) untuk melakukan pembantain secara masal atas muslim Rohingnya, Myanmar.
Menurut kesaksian korban, kalangan sipil mengalami provokasi dari pihak militer bahwa muslim adalah teroris, muslim adalah komunitas yang berbahaya dan oleh karenanya perlu dibasmi. Penggunaan terminologi basmi mungkin dianggap berlebihan bagi sebagian kalangan, namun jika kita melihat jumlah korban dan bagaimana cara kaum muslimin di Myanmar dibunuh, terminologi tersebut tidaklah berlebihan. Pria dewasa ditangkapi dari rumah mereka masing-masing, lalu di bawa ke suatu tempat, lalu dibunuh dan dibuang ke laut untuk menghilangkan jejak. Kemudian rumah-rumah kaum muslimin dibakar, kampung-kampungnya dibumi hanguskan. Kalau bukan pembasmian, terminologi apa yang lebih tepat?
Sejauh ini kita belum melihat respon yang memadai dari dunia Internasional dalam menanggapi kasus ini. Bahkan dunia Islampun belum membri respon yang seimbang atas peristiwa pembantaian ini. Peristiwa di Rohingnya mirip seperti yang dialami oleh muslim Bosnia di tahun 90an. Waktu itu gerakan Islam Internasional merespon begitu kuat dan pemberitaan di media juga begitu gencar. Bahkan para pelakunya hari ini sudah dihukum sebagai penjahat perang. Bagaimana respon kita sekarang? Mungkinkah kita memimpin isu perlawanan terhadap pembantaian Muslim Rohingnya? Mereka juga muslim tertindas sebagaimana saudara-saudara kita di Palestina yang selama ini kita bela, mereka juga muslim yang harus dijaga darah dan kehormatan sebagaimana saudara-saudara kita di Irak, Afganistan dan negeri-negeri lain yang selama ini kita cukup konsern memberi bantuan.
Melalui tulisan ini, semoga kita semua mulai berfikir dan bertindak nyata untuk membela mereka, Muslim Rohingnya. Karena sejatinya kondisi mereka jauh lebih parah dibanding dengan rakyat Palestina. Rakyat Palestina sudah puluhan tahun punya pengalaman konflik, meraka bahkan mampu memberikan perlawanan cukup sengit terhadap serangan Israel, tapi muslim Rohingnya hampir tidak memiliki kekuatan apapun untuk menghadapi pembantaian ini. Mereka tidak punya tentara, mereka tidak punya logistik, mereka tidak punya apa-apa, kecuali semangat beragama walau sebagai minoritas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini