PETUALANGAN INTLEKTUAL BERLAYAR DAN MENANGKAP IKAN DI ATAS ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT



PETUALANGAN INTLEKTUAL
BERLAYAR DAN MENANGKAP IKAN DI ATAS
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
                                                       
Paper disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisafat Ilmu
 yang diampu oleh Dr. Marsigit


http://fairuzelsaid.files.wordpress.com/2010/01/logo-uny-hitam-putih1.gif

Disusun oleh:
Doni Setiyo Ardiyanto, S.Pd.Si
NIM. 12709259002


Jurusan Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
2012


BAB I
PENDAHULAN

A.    Latar Belakang Masalah
Secara fisafat kita hidup dalam masa kontemporer. Kontemporer dimana zamannya setelah zaman moderen fisafat yaitu pada abad ke-17. Kontemporer dimana banyak pemikiran para fiusuf yang telah melahirkan ide-ide membentuk madzab aliran-aliran filsafat. Kontemporer dimana aliran filsafat sudah sedemikian rupa membentuk sungai-sungai,sampai-sampai airnya sudah sampai ke lautan dalam samudra filsafat.
Dunia pada waktu sekarang adalah berasal dari perkembangan dunia masa sebelumnya. Benua-benua yang ada sekarang adalah perubahan dari satu benua dari jutaan tahun yang lampau. Pohon yang besar sekarang dulunya adalah benih kecil. Bahkan diri kita yang lengkap sekarang berawal dari sel satu yang tumbuh di dalam rahim.  Ide-ide yang berkembang sekarang adalah bentuk perkembangan dari ide-ide masa sebelumnya. Aliran-aliran filsafat yang ada sekarang merupakan hasil perkembangan dari aliran-aliran sebeumnya, baik itu dari penyempurnaan maupun hasil kajian kritis yang menghasilkan dua kutub aliran yang bertentangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, tulisan ini tertarik untuk menyibak dan mengungkap beberapa jenis aliran filsafat dan bagaimana aliran-aliran filsafat tersebut berkembang. Tulisan ini bertujuan sebagai berikut: (1)  menguraikan jenis aliran-aliran filsafat; (2) mengungkap tokoh-tokoh lahirnya aliran filsafat; (3) menguraikan secara seobjektif; dan (4)  menyimpulkan dan mencoba menjawab pertanyaan, “ Apakah di zaman kontemporer seperti sekarang akan terlahir lagi aliran-aliran filsafat baru yang mampu mengubah haluan dan laju dunia ?”.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Aliran-aliran Filsafat
Tujuan belajar filsafat bukanah untuk mengetahui apa yang dulu pernah dipikirkan manusia tentang banyak perkara, mealinkan bagaimana kebenaran perkara-perkara tersebut digeluti. (Thomas Aquinas dalam Simon Petrus, 2004, 5)
            Ada berbagai macam aliran filsafat telah berkembang sejak lahirnya filsafat. Beberapa aliran yang telah ada yaitu rasionalisme, idealisme, empirisme, positivisme, pragmatisme dan lain sebagainya. Aliran-airan tersebut ada berasal dari pemikiran manusia.  Dimana menurut Heraclitus “Apa pun yang ada bagi ada dan bagi berpikir pastilah ia ada, sebab ia bisa ada, dan tidak ada satu ketentuan tentang yang ada”. (Grahan Higgin: 2000).  Aliran-airan tersebut ada karena ada pemikirnya dan penganutnya.
            Endro (2010) mengatakan bahwa “Pandangan dan gagasan filsafat ilmu berkembang dalam dialektika yang sangat dinamis. Hal ini karena berbagai pemikiran baru muncul menggantikan konsep-konsep dan pikiran lama. Namun demikian, walaupun masing-masing aliran ada kelebihan dan kelemahannya, setiap aliran filsafat ilmu saling berkonstribusi dengan saling menyapa secara kritis.”. Hal tersebut karena Endro telah menguraikan jenis-jenis aliran filsafat adalah sebagai seperti dalam kutipan berikut:
Rasionalisme
Rasionalisme adalah mashab filsafat ilmu yang berpandangan bahwa rasio adalah sumber dari segala  pengetahuan. Dengan demikian, kriteria kebenaran  berbasis pada  intelektualitas. Strategi pengembangan ilmu model rasionalisme, dengan demikian, adalah mengeksplorasi gagasan dengan kemampuan intelektual manusia.

Empirisme
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan dengan kemunculan ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah. Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme memiliki sifat kritis terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan memperoleh ilmu. Strategi utama pemerolehan ilmu, dengan demikian, dilakukan dengan penerapan metode ilmiah.
Realisme
Dalam pemikiran filsafat, realisme berpandangan bahwa kenyataan tidaklah terbatas pada pengalaman inderawi ataupun gagasan yang tebangun dari dalam. Dengan demikian realisme dapat dikatakan sebagai bentuk penolakan terhadap gagasan ekstrim idealisme dan empirisme. Dalam membangun ilmu pengetahuan, realisme memberikan teori dengan metode induksi empiris. Gagasan utama dari realisme dalam konteks pemerolehan pengetahuan adalah bahwa pengetahuan didapatkan dari dual hal, yaitu observasi dan pengembangan pemikiran baru dari observasi yang dilakukan. Dalam konteks ini, ilmuwan dapat saja menganalisa kategori fenomena-fenomena yang secara teoritis eksis walaupun tidak dapat diobservasi secara langsung.
Idealisme
Idealisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang berpandangan bahwa doktrin tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah dari kesadaran manusia. Dengan kata lain kategori dan gagasan eksis di dalam ruang kesadaran manusia terlebih dahulu sebelum adanya pengalaman-pengalaman inderawi. Pandangan Plato bahwa semua konsep eksis terpisah dari entitas materinya dapat dikatakan sebagai sumber dari pandangan idealism radikal.
Positivisme
Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian. Terminologi positivisme dikenalkan oleh Auguste Comte untuk menolak doktrin nilai subyektif, digantikan oleh fakta yang bisa diamati serta penerapan metode ini untuk membangun ilmu pengetahuan yang diabdikan untuk memperbaiki kehidupan manusia.

Pragmatisme
Pragmatisme adalah mashab pemikiran filsafat ilmu yang dipelopori oleh C.S Peirce, William James, John Dewey, George Herbert Mead, F.C.S Schiller dan Richard Rorty. Tradisi pragmatism muncul atas reaksi terhadap tradisi idealis yang dominan yang menganggap kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan refleksi dari realitas. Pragmatisme berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu pengetahuan transendental dan menggantinya dengan aktifitas manusia sebagai sumber pengetahuan. Bagi para penganut mashab pragmatisme, ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan bukan merupakan tujuan.


Enam aliran besar filsafat yaitu rasionalisme, emperisme, realisme, idealisme, positivisme, dan pragmatisme.  Rasionalisme dimana sumber ilmu berasal dari rasio atau akal. Emperisme dimana sumber ilmu melalui metode atau pengalaman. Realisme dimana sumberimu penggabungan dari apa yang ada didalam dan diluar manusia. Idealisme dimana ilmu berasal dari apa yang ada dalam pikiran. Positivisme dimana ilmu merupakan bangunan fakta yang bisa di amati. Pragmatisme dimana ilmu merupakan aktifitas manusia.

BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPUAN
Berdasarkan uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa
1.      Ada enam aliran besar filsafat
2.      Aliran aliran tersebut lahir karena dasar kritik dari airan-aliran yang sebelumnya telah ada.
3.      Oleh karena itu, sangat dimungkinkan di era kontemporer akan lahir kembali aliran-aliran filsafat baru.

B.       DAFTAR PERTANYAAN
1.      Dalam aliran-aliran tersebut dimana posisi Filsafat Islam?
2.      Apakah pancasila lahir dari aliran-aliran filsafat tersebut?





           

            



Daftar Pustaka



Endro Dwi Hatmanto. 2010. Macam-Macam Aliran Filsafat Ilmu. http://endro.staff.umy.ac.id/?p=87 diunduh tanggal 24 September 2012.

Simon Petrus L. 2004. Petualangan Intlektual Konfrontasi Dengan Para Filsuf Dari Zaman Yunani Hingga Zaman Moderen. Yogyakarta: Kanisius.

Grahan Higgin. Diterjemahkan oleh Basuki . 2000.  Antologi Filsafat. Yogyakarta :Bentang

Komentar

Postingan populer dari blog ini